Wednesday, March 27, 2024

KONEKSI ANTAR MATERI KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1

 

Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang sangat pantas mendapatkan julukan sebagai Bapak Pendidikan. Beliau tidak pernah merasa putus asa untuk menanamkan semangat melawan kebodohan, Berkat jasanya, kini kita bisa sekolah dengan mudahnya. Jika kita melihat ke belakang pada zaman kolonial, kita menyaksikan betapa mirisnya pendidikan pada saat itu. Jauh berbeda dengan saat ini. Dahulu, hanya para bangsawan yang bisa bersekolah, rakyat biasa hanya menjadi “babu” penjajah. Orang pribumi yang bisa sekolahpun nantinya akan menjadi pegawai Belanda untuk melancarkan aksinya. Bisa dikatakan, Belanda itu tidak tulus untuk menyekolahkan orang pribumi. Pada saat ini, siapapun bisa sekolah tidak memandang suku, ras, budaya, kaya ataupun miskin. Pendidikan sudah merata ke semua lapisan masyarakat.

Ki Hajar Dewantara juga terkenal dengan semboyan pendidikan yakni Ing Ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Saya tahu betul semboyan itu, namun saya sebagai pendidik belum menjiwainya.  Ketika saya mendalami pemikiran Ki Hajar Dewantara pada modul 1.1, saya mengakui anggapan yang saya yakini sebelumnya keliru, antara lain:

Saya menganggap bahwa siswa itu ibarat kertas kosong. Dari anggapan tersebut, saya sebagai guru kelas harus memberikan pengetahuan-pengetahuan yang dapat ditulis dalam kertas itu. Namun pemikiran saya ternyata keliru. Setelah saya belajar mengenai pemikiran Ki Hajar Dewantara ternyata siswa itu ibarat kertas yang sudah ada tulisan-tulisan tipis, sebagai guru berperan menebalkan tulisan tersebut. Dalam artian menebalkan perilaku atau budi pekerti yang baik dan membiarkan budi pekerti yang kurag baik. sehingga pada akhirnya yang terlihat adalah tulisan tebal saja atau perilaku yang baik.

Saya menganggap kelas yang hening adalah gambaran pembelajaran yang efektif dan berhasil. Anggapan tersebut atas dasar pemikiran saya jika kelas ramai, maka siswa tidak akan focus dan pembelajaran tidak akan masuk ke dalam pikiran mereka. Namun, setelah saya memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya menyesal. Justru, kelas yang tenang itu menandakan anak tidak aktif, tidak terjalin komunikasi dua arah antara siswa dan guru serta menentang kodrat anak. Kelas yang ramai tidak selamanya buruk. Jadi, sebagai guru, alangkah baiknya belajar mengelola kelas sehingga menjadi kelas yang aktif dan siswa berani tampil dengan percaya diri.

Saya memandang semua siswa itu sama.  Saya memberikan tugas yang sama untuk semua siswa, menggunakan metode yang sama dan memberikan waktu yang sama dalam menyelesaikan tugas. Sebelumnya, persepsi saya mereka itu sama-sama mampu menerima apapun yang saya berikan. Saya tidak mempertimbangkan bakat dan minat anak yang penting saya tidak disibukkan dengan berbagai metode mengakar. Namun, hal tersebut keliru, tidak sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara.  Setiap siswa memiliki keunikan, bakat dan minat masing-masing. Sebagai pendidik tiddak bisa memaksa anak untuk menjadi yang diinginkan. Sudah selayaknya kita sebagai pendidik mendidik sesuai dengan bakat dan minat anak. Sejalan dengan analogi Ki Hajar Dewantara bahwa seorang petani tidak dapat menjadikan padi yang ditaman itu sebagai jagung. {adi tetaplah padi. Selain itu, ia juga tidak dapat memelihara tanaman padi itu selayaknya jagung.

Saya adalah penguasa kelas. Saya mengangap siswa harus mengikuti aturan yang saya berikan di kelas menurut apa yang saya anggap baik. Jika ada siswa yang melanggar, maka saya berhak memberikan hukuman. Setelah mendalami pemikiran Ki Hajar Dewantara, ternyata saya keliru. Beliau mengajarkan bahwa pendidik harus berhamba pada murid. Pendidik dituntut untuk melayani dengan peneuh hati, sesuai dengan kebutuhan murid. Hamba yang baik adalah hamba yang melayaninttuannya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan tuannya dengan baik,

Target utama saya adalah materi selesai.  Saya pernah di fase target utama sebagai pendidik adalah materi selesai. Siswa sudah paham atau belum itu urusan belakangan, yang penting sebagai guru tugas saya selesai. Siswa yang belum paham saya tinggal, karena saya berpikirjika terlalu focus padanya, maka akan menyita waktu. Anggapan saya ternyata salah setelah mempelajari materi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Hal yang saya lakukan itu adah hanya tupoksi sebagai guru di kelas, saya memiliki tugas lain yaitu mendidik. Berbeda dengan mengajar, mendidik itu lebih berhubungan dengan penanaman budi pekerti dan memberikan penguatan mental kepada anak sehingga kelak mereka akan menjadi jiwa yang kuat dalam menghadapi kerasnya dunia.

Kegiatan belajar mengajar berada di dalam kelas . Terakhir saya menganggap kegiatan belajar di dalam kelas jauh lebih menyenangkan daripada di luar kelas. Saya berpikir kelas adalah satu-satunya tempat yang sudah disediakan untuk menuntut ilmu. Ada kursi, meja, papan tulis dan semuanya sudah ada di kelas. Anak-anakpun bisa tenang ketika belajar. Namun, anggapan saya keliru lagi. Sebagi pendidik yang baik sebaiknya mendidik anak sesuai kodrat alam. Alangkah baiknya, anak dikenalkan dengan kehidupan di sekitar sekolah. Guru mengajak anak belajar di luar kelas untuk mengenalkan bahwa lingkungan juga bisa dijadikan sebagai tempat belajar. Lingkungan juga bisa sebagai sumber belajar yang secara langsung dapat dilihat oleh anak.       

Setelah memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara dan menyadari kekeliruan saya ketika mengajar, saya ingin melakkan perubahan sedikit demi sedikit. Saya akan memperbaiki kekeliruan saya dengan mengubah cara pandang saya kepada siswa. Pembelajaran yang saya lakukan sebisa mungkin berpihak pada anak dan sesuai bakat minat anak. Hal itu bertujuan agar anak mampu mengembangkan bakat minatnya di sekolah. Pengguanan metode pembelajaran yang bervariasi juga saya lakukan agar anak merasa bahagia belajar di kelas sehingga mereka tidak takut lagi untuk mengungkapkan pendapatnya. Saya sebagai pendidik kadang merasa malu belum bisa memberikan yang terbaik untuk anak. Anggapan yang saya Yakini ternyata keliru. Mulai dari sekarang, saya akan berusaha memperbaiki apa yang keliru dan meningkatkan apa yang sudah sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Saya bertekad untuk melakukan perubahan ke arah yang jauh kebih baik.

SEKIAN.

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment

KONEKSI ANTAR MATERI KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1

  Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang sangat pantas mendapatkan julukan sebagai Bapak Pendidikan. Beliau tidak pernah merasa putus asa u...