Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang sangat pantas
mendapatkan julukan sebagai Bapak Pendidikan. Beliau tidak pernah merasa putus
asa untuk menanamkan semangat melawan kebodohan, Berkat jasanya, kini kita bisa
sekolah dengan mudahnya. Jika kita melihat ke belakang pada zaman kolonial,
kita menyaksikan betapa mirisnya pendidikan pada saat itu. Jauh berbeda dengan
saat ini. Dahulu, hanya para bangsawan yang bisa bersekolah, rakyat biasa hanya
menjadi “babu” penjajah. Orang pribumi yang bisa sekolahpun nantinya
akan menjadi pegawai Belanda untuk melancarkan aksinya. Bisa dikatakan, Belanda
itu tidak tulus untuk menyekolahkan orang pribumi. Pada saat ini, siapapun bisa
sekolah tidak memandang suku, ras, budaya, kaya ataupun miskin. Pendidikan
sudah merata ke semua lapisan masyarakat.
Ki Hajar Dewantara juga terkenal dengan semboyan pendidikan yakni
Ing Ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Saya
tahu betul semboyan itu, namun saya sebagai pendidik belum menjiwainya. Ketika saya mendalami pemikiran Ki Hajar
Dewantara pada modul 1.1, saya mengakui anggapan yang saya yakini sebelumnya keliru,
antara lain:
Saya
menganggap bahwa siswa itu ibarat kertas kosong.
Dari anggapan tersebut, saya sebagai guru kelas harus memberikan
pengetahuan-pengetahuan yang dapat ditulis dalam kertas itu. Namun pemikiran
saya ternyata keliru. Setelah saya belajar mengenai pemikiran Ki Hajar
Dewantara ternyata siswa itu ibarat kertas yang sudah ada tulisan-tulisan
tipis, sebagai guru berperan menebalkan tulisan tersebut. Dalam artian
menebalkan perilaku atau budi pekerti yang baik dan membiarkan budi pekerti
yang kurag baik. sehingga pada akhirnya yang terlihat adalah tulisan tebal saja
atau perilaku yang baik.
Saya
menganggap kelas yang hening adalah gambaran pembelajaran yang efektif dan
berhasil. Anggapan tersebut atas dasar pemikiran saya jika
kelas ramai, maka siswa tidak akan focus dan pembelajaran tidak akan masuk ke
dalam pikiran mereka. Namun, setelah saya memahami pemikiran Ki Hajar
Dewantara, saya menyesal. Justru, kelas yang tenang itu menandakan anak tidak
aktif, tidak terjalin komunikasi dua arah antara siswa dan guru serta menentang
kodrat anak. Kelas yang ramai tidak selamanya buruk. Jadi, sebagai guru,
alangkah baiknya belajar mengelola kelas sehingga menjadi kelas yang aktif dan
siswa berani tampil dengan percaya diri.
Saya
memandang semua siswa itu sama. Saya
memberikan tugas yang sama untuk semua siswa, menggunakan metode yang sama dan
memberikan waktu yang sama dalam menyelesaikan tugas. Sebelumnya, persepsi saya
mereka itu sama-sama mampu menerima apapun yang saya berikan. Saya tidak
mempertimbangkan bakat dan minat anak yang penting saya tidak disibukkan dengan
berbagai metode mengakar. Namun, hal tersebut keliru, tidak sejalan dengan
pemikiran Ki Hajar Dewantara. Setiap
siswa memiliki keunikan, bakat dan minat masing-masing. Sebagai pendidik tiddak
bisa memaksa anak untuk menjadi yang diinginkan. Sudah selayaknya kita sebagai
pendidik mendidik sesuai dengan bakat dan minat anak. Sejalan dengan analogi Ki
Hajar Dewantara bahwa seorang petani tidak dapat menjadikan padi yang ditaman
itu sebagai jagung. {adi tetaplah padi. Selain itu, ia juga tidak dapat
memelihara tanaman padi itu selayaknya jagung.
Saya
adalah penguasa kelas. Saya
mengangap siswa harus mengikuti aturan yang saya berikan di kelas menurut apa
yang saya anggap baik. Jika ada siswa yang melanggar, maka saya berhak
memberikan hukuman. Setelah mendalami pemikiran Ki Hajar Dewantara, ternyata
saya keliru. Beliau mengajarkan bahwa pendidik harus berhamba pada murid.
Pendidik dituntut untuk melayani dengan peneuh hati, sesuai dengan kebutuhan
murid. Hamba yang baik adalah hamba yang melayaninttuannya sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan tuannya dengan baik,
Target
utama saya adalah materi selesai. Saya pernah di fase target utama sebagai
pendidik adalah materi selesai. Siswa sudah paham atau belum itu urusan
belakangan, yang penting sebagai guru tugas saya selesai. Siswa yang belum
paham saya tinggal, karena saya berpikirjika terlalu focus padanya, maka akan
menyita waktu. Anggapan saya ternyata salah setelah mempelajari materi
pemikiran Ki Hajar Dewantara. Hal yang saya lakukan itu adah hanya tupoksi
sebagai guru di kelas, saya memiliki tugas lain yaitu mendidik. Berbeda dengan
mengajar, mendidik itu lebih berhubungan dengan penanaman budi pekerti dan
memberikan penguatan mental kepada anak sehingga kelak mereka akan menjadi jiwa
yang kuat dalam menghadapi kerasnya dunia.
Kegiatan
belajar mengajar berada di dalam kelas . Terakhir
saya menganggap kegiatan belajar di dalam kelas jauh lebih menyenangkan
daripada di luar kelas. Saya berpikir kelas adalah satu-satunya tempat yang
sudah disediakan untuk menuntut ilmu. Ada kursi, meja, papan tulis dan semuanya
sudah ada di kelas. Anak-anakpun bisa tenang ketika belajar. Namun, anggapan
saya keliru lagi. Sebagi pendidik yang baik sebaiknya mendidik anak sesuai
kodrat alam. Alangkah baiknya, anak dikenalkan dengan kehidupan di sekitar
sekolah. Guru mengajak anak belajar di luar kelas untuk mengenalkan bahwa
lingkungan juga bisa dijadikan sebagai tempat belajar. Lingkungan juga bisa
sebagai sumber belajar yang secara langsung dapat dilihat oleh anak.
Setelah memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara dan menyadari
kekeliruan saya ketika mengajar, saya ingin melakkan perubahan sedikit demi
sedikit. Saya akan memperbaiki kekeliruan saya dengan mengubah cara pandang
saya kepada siswa. Pembelajaran yang saya lakukan sebisa mungkin berpihak pada
anak dan sesuai bakat minat anak. Hal itu bertujuan agar anak mampu
mengembangkan bakat minatnya di sekolah. Pengguanan metode pembelajaran yang
bervariasi juga saya lakukan agar anak merasa bahagia belajar di kelas sehingga
mereka tidak takut lagi untuk mengungkapkan pendapatnya. Saya sebagai pendidik
kadang merasa malu belum bisa memberikan yang terbaik untuk anak. Anggapan yang
saya Yakini ternyata keliru. Mulai dari sekarang, saya akan berusaha
memperbaiki apa yang keliru dan meningkatkan apa yang sudah sejalan dengan
pemikiran Ki Hajar Dewantara. Saya bertekad untuk melakukan perubahan ke arah
yang jauh kebih baik.
SEKIAN.
No comments:
Post a Comment