Hari pertama Ujian
akhir sekolah. Nila berangkat dari rumah dengan segala persiapannya menyambut
ujian. Tas, sepatu, alat tulis, udah dia siapkan sejak malam. Nampaknya, Nila
sangat optimis bisa berhasil menaklukan ujian kali ini. Yea, semangat yang bagus.
Sarapan pagi sudah menjadi kebiasaannya sebelum berangkat sekolah. Ibunya
selalu berpesan kalau dia harus sarapan, gak boleh lupa.” Amanat ibu harus
dijalanin, nasehat ibu selalu benar” gumamnya dengan cermin di depannya.
Kebetulan dia sedang ngaca di depan cermin, alias berdandan.
“ Pukul 6.I5 Wib, semuanya sudah siap.
Capcus berangkat”..dia berangkat ke Sekolah.
“ SMP N I Wonori I’m coming” dengan
semangat dan penuh harap mampu mengerjakan ujiannya. Hari masih pagi. Belum
nampak siswa smp berangkat sekolah. Maklum cuacanya lumayan mendung. Masih enak
buat tidur. Tak jarang dari mereka yang berangakat pagi kaya Nila. Udara pagi
menusuk kulitnya. anginpun tak enggan-enggan menggroyok matanya. Rasa pedih
akibat sambaran angin tak dapat dielakakkan lagi.
“efek akibat berangkat pagi ya kaya
gini, tapi enaknya banyak, masih sejuk
udaranya buat pikiran refresh kembali. “ Nila yang lagi senyum-senyum
membayangkan indahnya alam ini.
Dari kejauhan, nampak dua orang cowo SMA sedang menunggu angkot di pertigaan jalan raya. Wajah mereka
kurang jelas dan hanya nampak bentuk tubuhnya. Efek kabut pagi yang sungguh
tebal.
“ Sepertinya aku menengenali sosok
mereka, Hmm .siapa yaa?” Gumamnya.
Nila semakin mendekatti mereka. Wow,
ternyata, dua cowo itu tetangganya. Mereka anak SMA. Namanya Akhmad dan Fauzi.
“ Oh
my God. Ada Fauzi.Aduh aku malu” Ucap Nila dengan wajah yang udah salah
tingkah banget.
Fauzi itu cowo yang
tiap hari ngejar-ngejar nila, udah lama banget mendekatinya. Terhitung semenjak
lulus SD sampai SMP, sekitar tiga tahunan lebih dia memendam rasa kepada Nila.
awalnya tak ada yang tau hal ini, tapi lama-kalamaan gosip pun menyebar
seantero desa. Dari yang masih SD sampai
emak-emak tahu tentang kisah mereka. Gawat darurat banget.
Iya, kalo Nila suka, dia gak suka sama
sekali. Ngelihat orangnya udah keburu gak mood. Harus Gimana lagi, dia
tetangganya, ya mau gak mau harus tetep jalin silaturrahmi.
Kini, Nila benar-benar kebingungan dan
terpenjara batinnya menyapa atau cuek.
Pergulatan batinnya tak kalah ikut ambil andil dalam memikirkan ini. Kata Cuek pun dipilihnya.
Sembari menahan saltingnya dia kayuh
sepedanya dengan agak cepat. Tapi, apa yang terjadi, si Ahmad melihatnya.
“ Hey, Nila sombong banget.Ini dicariin
Fauzi. Katanya salam kangen.” Seru akhmad sambil ngledek Nila.
Tak segan-segan wajah nila pun semakin
memerah. Sempat ngeliahat wajahnya Fauzi. Dia menatap Nila dengan wajah yang
penuh harapan. Harapan agar nila mau membuka hatinya.
Nila menatap Akhmad dan membalas ledekan
itu dengan senyuman. Akhrnya dnegan perjuangan yang hebat, dia berhasil
melewati masa-masa bertemu Fauxi.
“ Untunglah, cobaaan itu sudah kulewati.
Kini , aku bisa menikamati indahnya mentaripagi lagi.” Ucap nila dengan wajah merah merona dan bahagia. Bersepeda
sambil menikmati indahnya pagi di pedesaan. Sesuatu yang berharga dan patut
disyukuri. Ungkapan rasa syukur tak segan-segan ia lontarkan kepada sang
illahi.
Gerbang SMP N I Wonori sudah nampak,
pertanda Nila sebentar lagi sampai.
“ Sampai juga di sekolah tercinta ku,
masih sepi ternyata kaya kuburan”. Heheh
Belum nampak anak-anak sekolah
berkeliaran. Hanya sebagian kecil saja yang sudah berangkat. Dia berhenti di
parkiran sepeda dan menaruh sepedanya di situ.
Sambil istirahat, dia berusaha
mengigat-ingat di kalas apa dia ujian.
“ Hmm, di mana yaa kelasku. Waduh, aku
lupa nii..” wajah nila tampak kebingungan. Dilihatnya Toni yang sedang membaca
pembagian tempat duduk di daun pintu kelas IX.C . sesegara dia memnggil toni.
“ toni, kelas kita dimana?”
“ Di sini la”
“oh, iya, maksih yaa”
Diapun beranjak dan berjalan ke kelas
IX. C
Rupanya, ada pembagian tempat duduk.
Kelas IX. C duduk dengan kelas VIII.C.
“ nIla, kamu duduk sama siapa? “
“Gak tau ton, kamu sama siapa?”
“ Aku sama Tika anggraini.” Jawab toni sambil
membaca pengumuman pembagian tempat duduk ujian .
“ Aku sma siapa, tolong dibacain ton,”
“Kamu sama Fadil Yanuardi.”
“Cowo yah”
“Iyalah, masa cewe, udah jelas namanya
cowo, huh”jawab toni sengan nada sedikit emosi.
“Hehehe, siapa tahu cewe”
Perbincangan mereka sejenak terhenti.
Mereka beranjak masuk ke kelas. Ternyata, sudah banyak yang berangkat. Kelas
VIII yang lebih rajin. 5O % sudah menduduki tempat duduknya. Demikian dengan
cowo yang ada di bangku Nila, cowo berkaca mata, berkulit sawo matang, tinggi,
hidungnya mancung, pakaiannya rapi dan kelihatannya bijaksana.
“Apakah itu Fadil, “ pikirnya.
Diapun segera menduduki bangkunya.
Bersebelahan dnegan cowo itu yang dia rasa Fadil. Gak ada sapaan , mereka
saling cuek. Dikeluarkannya buku pelajaran dari tas Nila. dia mulai membaca
bukunya dan mengulang materi tadi malam. Mereka saling terdiam membisu sampai
ujian dimulai.
Tidak ada kata perkenalan.
Nila sempat melirik sewaktu fadil
mengisi identitasnya. Ditulisnya,
Nama
: Fadil Yanuardi
“ Benar kan pikiranku, dia Fadil.” Kata
Nila dengan hati kecinya.
Tak hanya nila yang melirik. Fadilpun
begitu. Dia ternyata pengagum rahasianya Nila. Maklum, Nila kan anak OSIS dan
aktif di organisasi PMR dulu, wajahnya juga cantik, kulitnya putih, berjilbab,
ramah dan murah senyum kepada teman-tamnnya. Tak heran jika dia memiliki banyak
pengagum. Anehnya, dia tak
menghiraukannya, baginya belajr adalah tugas utama dia sekolah. So, sduha
banyak cowo yang sering mendapat tolakan cinta Nila.
Dag dig dug pun dirasakan Fadil.
“ Ini bener kak Nila, aku duduk
bersebelahan sama dia, kaya ngimpi.” Batinnya. Wajah fadil seketika memerah.
Tak mampu menahan kebahagiaannya karena duduk bersanding dengan seseorang yang
dikaguminya. Ingin sekali dia menyapanya, tapi rasa malu tak mampu ia
binasakan. Diam diaman lah yang akhirnya terjadi.
Di pertengahan ujian,
curi-curi pandang diantara keduanya menjadi hal sudah biasa. Tanpa disengaja,
mereka saling berpandangan dan menatap satu sama lain seolah ada cinta yang
bersemi dan kian mengaalir.
“Konsentrasi Nila, konsentrasi, jangan
menatap Fadil lagi, ingat ujian mu masih di depan mata. Soal- soal ujian masih
menari-nari di lembar soal. Ayo, serius.kerjakan, abaikan fadil, seminggu ke
depan masih bisa ketemu kok,hehehhe.” motivasi nila untuk dirinya sendiri.
Selesai...
No comments:
Post a Comment