Friday, November 8, 2013

catatanku

Pagi ini, aku sempatkan duduk di emperan kamar kostku, di lantai dua tepatnya. Kamarku terpisah dan menyendiri di lantai dua, dua kamar lain di lantai bawah. Tak biasanya aku terdiam di kamarku. Tiap hari, aktivitasku di lantai bawah. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, kamarku Cuma buat tidur kaya tempat singgah. Berbeda dengan pagi ini, entah kenapa, ada yang menarik hatiku untuk tetap di sini. Biasanya habis sholat subuh, langsung tidur lagi, rasa ngantuk yang tak tertahan. Rasanya, Tuhan punya rencana lain untuk hamba-nya. Tuhan ingin menunjukkan keindahan alam ini untukku.
Kulihat indahnya pagi, awan di angkasa bertabur penuh makna. Langitpun mamancarkan pesonanya. Kemilau sinar matahari mulai menyoroti tiap sudut kamarku. Masih tampak memerah, seperti di kampungku sana. Kurasakan hentakan hati yang mendalam. Langit betabur awan dengan kemilau mentari pagi yang tampak memerah. Hatiku senang. Kutemukan indahnya kota ini. Jarang sekali kulihat keindahan alam-Mu ya robb. 

Di atas atap mereka
Kududuk termenung
Menatap indahnya sang surya
Masih malu dan sembunyi di balik awan

Kudengar
Kicau burung di atas sana
Kokokan ayam jago
Suara bising kendaraan
Suara mesin kereta api
Nampak ricuh, tapi merdu dan syahdu

Kuhirup udara pagi ini
Sungguh beda dari biasanya
Masih sejuk
Belum tercemar aroma khas kota ini
Sumilir angin ...
Menusuk kulit ariku
Dingin, tapi  menentramkan jiwa

Senja mulai terkikis
Awan mulai pudar
Tak seindah tadi pagi
Mentari pagi perlahan bangun
Menampakkan kemilau sinarnya
Warna kemerahan mulai pudar
Pesona sang surya menuju kesempurnaan

Jarang kunikmati alam ciptaan-Mu ya robb
Ternyata kota ini indah
Atap-atap rumah warga
Bak lapangan di pedesaan
Semuanya rata...
Tak ada pembatas
Tak ada penyela
Sambung menyambung ...
Terlihat indah dari atas atap

aku sadar..
terlalu sempit kutatap dunia
terlalu sering kuabaikan keindahan ini
terlalu sering kuacuhkan
padahal,
Ini sungguh indah
Beda dengan kampungku di sana

Ini kota ?
Ya benar. Kota
Aku hidup di kota
Tempat dimana kutuntut ilmu
Dituntut sebuah kemandirian ...
Suara bising kendaraan
Menjadi temanku setiap saat
Sudah biasa..

Kota ini..
Bukan kota metropolitan
Bukan kota pelajar
Bukan  kota hujan
Bukan pula kota pahlawan
Kota bahari
Tegal namanya ....

Tegal adalah kota dimana aku menuntut ilmu sekarang. Tak terpungkiri, tak disangka aku tinggal di kota ini. Sungguh seperti mimpi. Beda dengan yang aku impikan. Sedikit nyeleweng dan tak sesuai jalur. Awal di kota ini, kurasakan hal yang sungguh berbeda.  Masyarakatnya identik dengan suara keras, kasar, nadanya juga beda dengan kampungku di sana. Begitu aneh kudengar bahasa mereka. Asing di telingaku. Memang. Tak hanya aku yang merasakan, teman seperjuanganku juga merasakan hal yang sama. Bahasanya sama, sama-sama ngapak. Tapi beda, lebih halus ngapak di kampungku.
Itu dulu, sekarang sudah terbiasa, bahkan menjadi makanan keseharianku. Jalanku sudah ditakdirin di sini. Tak perlu ku mengeluh lagi. Banyak kebaikan, pengalaman, dan tantangan hidup kualami di sini. Kuncinya adalah butuh iman yang kuat untuk hidup jauh dari orang tua. Harus punya cara sendiri menghadapi cobaan hidup.
Di kota ini, kuukir tcatata-catatan sejarah yang mungkin tak akan terulang lagi. Hidup di kota, dengan rumah yang berdesak-desakan, tanpa ada penyela. Begitu adanya. Namun, banyak hal yang cocok dijadikan teladan. Kerukunan bertetangganya cukup tinggi, agamanya kuat. Suara adzan di setiap sudut kota ini selalu awal dan senantiasa terdengar ke telingaku. Mengundang para umat muslim datang ke masjid atau mushola. aku bersyukur tinggal di kota ini. Insyaalloh.  Tak ada penyesalan lagi.



No comments:

Post a Comment

KONEKSI ANTAR MATERI KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1

  Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang sangat pantas mendapatkan julukan sebagai Bapak Pendidikan. Beliau tidak pernah merasa putus asa u...