Pagi ini, aku sempatkan duduk di
emperan kamar kostku, di lantai dua tepatnya. Kamarku terpisah dan menyendiri
di lantai dua, dua kamar lain di lantai bawah. Tak biasanya aku terdiam di
kamarku. Tiap hari, aktivitasku di lantai bawah. Dari bangun tidur sampai tidur
lagi, kamarku Cuma buat tidur kaya tempat singgah. Berbeda dengan pagi ini, entah
kenapa, ada yang menarik hatiku untuk tetap di sini. Biasanya habis sholat
subuh, langsung tidur lagi, rasa ngantuk yang tak tertahan. Rasanya, Tuhan
punya rencana lain untuk hamba-nya. Tuhan ingin menunjukkan keindahan alam ini
untukku.
Kulihat indahnya pagi, awan di
angkasa bertabur penuh makna. Langitpun mamancarkan pesonanya. Kemilau sinar
matahari mulai menyoroti tiap sudut kamarku. Masih tampak memerah, seperti di
kampungku sana. Kurasakan hentakan hati yang mendalam. Langit betabur awan
dengan kemilau mentari pagi yang tampak memerah. Hatiku senang. Kutemukan
indahnya kota ini. Jarang sekali kulihat keindahan alam-Mu ya robb.
Di atas
atap mereka
Kududuk
termenung
Menatap indahnya
sang surya
Masih
malu dan sembunyi di balik awan
Kudengar
Kicau
burung di atas sana
Kokokan
ayam jago
Suara
bising kendaraan
Suara
mesin kereta api
Nampak
ricuh, tapi merdu dan syahdu
Kuhirup
udara pagi ini
Sungguh
beda dari biasanya
Masih
sejuk
Belum
tercemar aroma khas kota ini
Sumilir
angin ...
Menusuk
kulit ariku
Dingin,
tapi menentramkan jiwa
Senja
mulai terkikis
Awan
mulai pudar
Tak
seindah tadi pagi
Mentari
pagi perlahan bangun
Menampakkan
kemilau sinarnya
Warna
kemerahan mulai pudar
Pesona
sang surya menuju kesempurnaan
Jarang
kunikmati alam ciptaan-Mu ya robb
Ternyata
kota ini indah
Atap-atap
rumah warga
Bak
lapangan di pedesaan
Semuanya
rata...
Tak ada
pembatas
Tak ada
penyela
Sambung
menyambung ...
Terlihat
indah dari atas atap
aku sadar..
terlalu
sempit kutatap dunia
terlalu
sering kuabaikan keindahan ini
terlalu
sering kuacuhkan
padahal,
Ini
sungguh indah
Beda
dengan kampungku di sana
Ini kota
?
Ya benar.
Kota
Aku hidup
di kota
Tempat
dimana kutuntut ilmu
Dituntut
sebuah kemandirian ...
Suara
bising kendaraan
Menjadi
temanku setiap saat
Sudah
biasa..
Kota
ini..
Bukan
kota metropolitan
Bukan
kota pelajar
Bukan kota hujan
Bukan
pula kota pahlawan
Kota
bahari
Tegal
namanya ....
Tegal adalah kota dimana aku
menuntut ilmu sekarang. Tak terpungkiri, tak disangka aku tinggal di kota ini.
Sungguh seperti mimpi. Beda dengan yang aku impikan. Sedikit nyeleweng dan tak
sesuai jalur. Awal di kota ini, kurasakan hal yang sungguh berbeda. Masyarakatnya identik dengan suara keras,
kasar, nadanya juga beda dengan kampungku di sana. Begitu aneh kudengar bahasa
mereka. Asing di telingaku. Memang. Tak hanya aku yang merasakan, teman
seperjuanganku juga merasakan hal yang sama. Bahasanya sama, sama-sama ngapak.
Tapi beda, lebih halus ngapak di kampungku.
Itu dulu, sekarang sudah
terbiasa, bahkan menjadi makanan keseharianku. Jalanku sudah ditakdirin di
sini. Tak perlu ku mengeluh lagi. Banyak kebaikan, pengalaman, dan tantangan
hidup kualami di sini. Kuncinya adalah butuh iman yang kuat untuk hidup jauh
dari orang tua. Harus punya cara sendiri menghadapi cobaan hidup.
Di kota ini, kuukir
tcatata-catatan sejarah yang mungkin tak akan terulang lagi. Hidup di kota, dengan
rumah yang berdesak-desakan, tanpa ada penyela. Begitu adanya. Namun, banyak
hal yang cocok dijadikan teladan. Kerukunan bertetangganya cukup tinggi, agamanya
kuat. Suara adzan di setiap sudut kota ini selalu awal dan senantiasa terdengar
ke telingaku. Mengundang para umat muslim datang ke masjid atau mushola. aku
bersyukur tinggal di kota ini. Insyaalloh.
Tak ada penyesalan lagi.
No comments:
Post a Comment