Thursday, January 15, 2015

Laporan Observasi ABK SLB Kota Tegal

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut adanya penyesuaian dalam pemberian layanan pendidikan yang dibutuhkan. Anak berkebutuhan khusus menurut Geniofam (2010 : 11) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selau menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Keragaman yang terjadi, memang terkadang menyulitkan guru dalam upaya pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai cara memberikan layanan yang baik, maka akan dapat dilakukan secara optimal.
Dalam UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 51 juga menyatakan  : “anak yang menyandang cacat fisik dan mental diberikan kesempatan yang sama dan akses untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa”. Menurut UU No.44 tahun 1997 tentang penyandang cacat, pasal 5 menyatakan : “setiap penyandang cacat mempunyai dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.” Untuk peningkatan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus Kementerian Pendidikan Nasional melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) memiliki kebijakan sendiri dalam mengelompokkan anak berkebutuhan khusus.
Berdasarkan uraian di atas dan informasi yang diperoleh dari buku, maka penulis berinisiatif melakukan observasi ke sekolah luar biasa guna mendapatkan informasi yang benar-benar sesuai dengan keadaan di lapangan, tidak hanya sebatas teori saja. Oleh karena itu, dalam laporan hasil obeservasi ini akan disajikan berbagai informasi yang diperoleh selama observasi.

B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:
1.    Apa saja jenis-jenis ketunaan yang terdapat di SLB Negeri Kota Tegal?
2.    Bagaimana peranan guru di SLB Negeri Kota Tegal?
3.    Apa saja jenis layanan yang diberikan di SLB Negeri Kota Tegal?
4.    Bagaimana asesmen yang dilakukan di SLB Negeri Kota Tegal?
5.    Bagaimana kurikulum yang dilaksanakan di SLB Negeri Kota Tegal?
6.    Bagaimana cara menghadapi anak berkebutuhan khusus?
7.    Apakah kendala yang dialami guru dan lembaga dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus?
8.    Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas BD 4 SLB Negeri Kota Tegal?

C.  Tujuan Kegiatan
Kegiatan “Observasi Layanan pada Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri Kota Tegal” ini bertujuan untuk :
1.    Mengetahui jenis-jenis ketunaan yang terdapat di SLB Negeri Kota Tegal.
2.    Mengetahui peran guru di SLB Negeri Kota Tegal.
3.    Mengetahui jenis-jenis layanan yang diberikan di SLB Negeri Kota Tegal.
4.    Mengetahui asesmen yang dilakukan di SLB Negeri Kota Tegal.
5.    Mengetahui pelaksanaan pendidikan dan kurikulum yang dilaksanakan di SLB Kota Tegal.
6.    Mengetahui cara menghadapi anak berkebutuhan khusus.
7.    Mengetahui kendala yang dialami guru dan lembaga dalam menangani anak berkebutuhan khusus.
8.    Mengetahui pelaksanaan pembelajaran di kelas BD 4 SLB Kota Tegal.






BAB II
KAJIAN TEORI


A.  Hakikat Sekolah Luar Biasa
SLB  merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan  sekolah mulai dari tingkat persiapan  sampai dengan tingkat  lanjutan diselenggarakan dalam satu unit  sekolah  dengan satu kepala sekolah. Pada  awalnya  penyelenggaraan  sekolah dalam bentuk unit ini  berkembang  sesuai dengan kelainan yang  ada (satu kelainan saja), sehingga  ada SLB untuk tunanetra (SLB-A), SLB untuk    tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB untuk tunadaksa (SLB-D), dan SLB untuk tunalaras (SLB-E). Di setiap SLB  tersebut  ada  tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut. Sistem pengajarannya  lebih mengarah ke sistem individualisasi.
Selain,  ada SLB yang  hanya  mendidik satu kelainan saja, ada pula SLB yang mendidik lebih dari satu kelainan, sehingga  muncul SLB-BC yaitu SLB  untuk anak tunarungu dan tunagrahita; SLB-ABCD, yaitu SLB untuk  anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan  tunadaksa. Hal ini terjadi karena  jumlah  anak yang ada di unit tersebut sedikit dan fasilitas sekolah terbatas.
Sekolah Dasar Luar  Biasa
Dalam rangka menuntaskan kesempatan  belajar bagi anak berkebutuhan khusus, pemerintah mulai Pelita II menyelenggarakan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Di SDLB  merupakan unit  sekolah yang terdiri dari berbagai kelainan yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB  terdapat anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa.  Tenaga kependidikan di SDLB  terdiri  dari kepala sekolah, guru untuk anak tunanetra, guru untuk anak tunarungu, guru untuk anak tunagrahita, guru untuk anak tunadaksa, guru agama,  dan guru olahraga. Selain tenaga kependidikan, di SDLB dilengkapi dengan tenaga ahli  yang berkaitan dengan kelainan mereka antara lain dokter umum, dokter spesialis, fisiotherapis, psikolog, speech therapist, audiolog. Selain itu ada  tenaga  administrasi  dan penjaga sekolah. Kurikulum yang digunakan di SDLB adalah kurikulum  yang digunakan di SLB untuk tingkat dasar  yang disesuikan  dengan kekhususannya. Kegiatan belajar  dilakukan  secara individual, kelompok, dan klasikal sesuai dengan ketunaan masing-masing. Pendekatan yang dipakai  juga lebih ke pendekatan individualisasi. Selain kegiatan pembelajaran, dalam rangka rehabilitasi di SDLB  juga diselenggarakan  pelayanan khusus sesuai dengan ketunaan anak.
Anak tunanetra  memperoleh latihan  menulis dan membaca braille dan orientasi mobilitas, anak tunarungu memperoleh latihan membaca ujaran, komunikasi total, bina persepsi  bunyi dan irama, anak tudagrahita memperoleh layanan mengurus diri sendiri; dan anak tunadaksa memperoleh layanan fisioterapi dan latihan koordinasi motorik. Lama pendidikan di SDLB  sama  dengan lama pendidikan di SLB konvensional untuk tingka dasar, yaitu   anak tunanetra,  tunagrahita, dan tunadaksa selama  6 tahun, dan untuk anak tunarungu 8 tahun. Sejalan dengan perbaikan sistem perundangan di RI, yaitu UU RI No. 2 tahun 1989 dan  PP No. 72 tahun 1991, dalam pasal 4 PP No. 72 tahun 1991 satuan pendidikan luar biasa  terdiri  dari:
a)    Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan lama pendidikan  minimal 6 tahun
b)   Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) minimal 3  tahun
c)    Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB) minimal 3 tahun.

B.  Jenis Layanan bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB
Bentuk layanan bagi anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar yaitu :
1.    Layanan  Pendidikan Segregrasi
Sistem layanan pendidikan segregasi adalah  sistem pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan  secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Dengan kata  lain anak berkebutuhan khusus  diberikan layanan pendidikan pada lembaga pendidikan khusus  untuk anak berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa  atau Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa. Adanya  kelainan  fungsi tertentu pada  anak berkebutuhan khusus  memerlukan  layanan  pendidikan dengan  menggunakan metode yang sesuai  dengan kebutuhan khusus mereka.
Misalnya, untuk anak tunanetra, mereka memerlukan layanan khusus  berupa  braille, orientasi  mobilitas. Anak tunarungu  memerlukan komunikasi total, binapersepsi bunyi; anak tunadaksa  memerlukan layanan mobilisasi dan aksesibilitas, dan layanan terapi untuk mendukung fungsi fisiknya. Ada  empat bentuk penyelenggaraan  pendidikan dengan sistem segregasi, yaitu:
a.    Sekolah Luar Biasa (SLB)
b.    Sekolah Luar Biasa  Berasrama
c.    Kelas Jauh/Kelas Kunjung
d.   Sekolah Dasar Luar  Biasa

2.     Bentuk Layanan  Pendidikan Terpadu/Integrasi
Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk  belajar bersama-sama  dengan anak biasa (normal)  di sekolah umum. Dengan demikian, melalui sistem integrasi anak berkebutuhan khusus bersama-sama dengan anaknormal  belajar dalam satu atap. Sistem pendidikan integrasi disebut juga  sistem pendidikan terpadu, yaitu  sistem pendidikan yang membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut  dapat bersifat menyeluruh, sebagaian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi.
Pada sistem keterpaduan secara penuh  dan sebagaian, jumlah  anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas maksimal 10 % dari jumlah siswa keseluruhan. Selain itu dalam satu kelas  hanya  ada satu jenis  kelainan. Hal ini untuk menjaga  agar beban guru kelas tidak terlalu berat, dibanding jika  guru harus melayani berbagai macam kelainan. Untuk membantu kesulitan yang dialami oleh  anak berkebutuhan khusus, di sekolah terpadu disediakan Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK  dapat berfungi  sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala sekolah, atau  anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Selain itu, GPK  juga  berfungsi sebagai pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas  pada kelas khusus. Ada tiga  bentuk keterpaduan  dalam layanan pendidikan  bagi anak berkebutuhan khusus  menurut Depdiknas  (1986).
Ketiga bentuk tersebut adalah:
a.    Bentuk Kelas Biasa
b.    Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
c.    Bentuk Kelas Khusus

C.  Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Geniofam (2010), dalam bukunya yang berjudul Mengasuh dan Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus, menjelaska ada jenis anak berkebutuhan khusus ada beberapa, diantaranya tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, tuna laras, autis dan down syndrom.
Tuna Netra                                                                                                                    
Adalah anak yang memiliki ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang pada mata yang baik, walaupun dengan memakai kacamata, atau yang daerah penglihatannya sempit sedemikian kecil sehingga yang terbesar jarak sudutnya tiddak lebih dari 20 derajat. Tuna netra dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Buta total
Apabila anak tidak dapat melihat  dua jari di mukanya atau hanya melihat cahaya yang lumayan bisa dipergunakan untuk orientasi mobilitas.
2.      Kurang penglihatan adalah anak yang bila melihat sesuatu mata harus didekatkan atau dijauhkan dari objek yang dilihatnya, atau mereka yang memiliki pandangan kabur ketika melihat objek.
Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah perekam suara dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).
Tuna rungu
Adalah mereka yang memiliki hambatan perkembangan indera pendengar. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1.         Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2.         Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3.         Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4.         Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5.         Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
Tuna Daksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Tuna grahita
Sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah dan muncul sebelum usia 16 tahun. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
1.                                 Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
2.                                 Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
3.                                 Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
4.                                 Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
Tuna Laras
Adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku. Secara fisik tidak berbeda mencolok daripada anak yang normal. Umumnya anak tuna laras berperilaku aneh. Individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
Autis
Autis secara harfiah berasal dari bahasa Yunani, auto yang artinya sendiri. Hal ini dilatar belakangi oleh kenyataan bahwa anak autis pada umumnya hidup dengan dunianya sendiri, menikmati kesendirian dan tidak respon dengan orang-orang di sekitar.
Down syndrom
Dulu dikenal dengan mongoloid karena penderitanya mempunyai gejala klinik yang khas yaitu seperti bangsa mongol dengan mata yang sipit membujur ke atas. Mongolia diganti dengan Down Syndrom yaitu anak yang memiliki jumlah kromosom 47 sementara pada anak normal jumlah kromosomnya 46. Penambahan kromosom terjadi pada kromosom 21 sehingga kromosom 21 jumlahnya menjadi 3. Nama lain penyakit ini adalah trisomi 21.


BAB III
PEMBAHASAN


A.  Jenis-jenis Ketunaan yang terdapat di SLB Negeri Kota Tegal
a.         Tuna grahita
ü  Ada tingkatan kemampuannya, IQ mereka di bawah batas normal, dan digolongkan dengan tingkat kemampuan mereka, di sini terdapat tiga jenis kemampuan yaitu mampu didik, mampu latih dan mamapu rawat. Dalam SLB ini, tuna grahita digabung dengan anak autis.
ü  Tidak ada istilah tinggal kelas untuk tuna grahita karena kalau ada tinggal kelas, pasti mereka akan selalu statis pada kelas itu. Sudah takdirnya mereka memiliki IQ yang rendah.
ü  Mereka pun tidak mungkin meneruskan pendidikannya di bangku perkuliahan. Jadi, pada waktu SMP dan SMA mereka diajari keterampilan-keterampilan sesuai dengan bakat yang mereka miliki. Untuk tingkat SMP 40% KBM digunakan untuk melatih keterampilan mereka, sedangkan untuk SMA 80% KBM digunakan untuk pelajaran keterampilan.
ü  Mampu didik lebih tinggi kemampuannya daripada mampu latih dan mampu rawat karena mereka sudah bisa dididik dan mereka sudah mempunyai bekal berlatih dan merawat.
ü  Khusus  untuk tuna grahita  ujian soalnya dibuat dari propinsi bukan nasional.
ü  Bentuk evaluasi pembelajarannya adalah lisan, tertulis, unjuk performansi/unjuk kerja.
b.        Down Syndrom        
  Kromosom 21 mereka rusak, dilihat dari wajahnya mereka mirip satu sama lain dan sering dikatakan penderita down syndrom ini sebagai anak berwajah mongol.
c.         Tuna daksa    :  ada bagian dari tubuh mereka yang mengalai kecacatan.
d.        Tuna rungu wicara : mereka yang memikiki hambatan dalam hal indera pendengaran dan pengucapan.
e.         Tuna ganda    : satu orang memiliki kecacatan ganda. Misalnya; dia menderita tuna daksa dan tuna grahita. Ketika terdapat anak yang memiliki dua ketunaan, maka pihak sekolah menentukan dia dominannya pada tuna yang mana, hal ini karena akan berpengaruh pada ujian mereka kelak.
f.           AUTIS
Dimasukkan dalam SLB C.  Kenapa dimasukkan dalam SLB, tidak sekolah normal saja? Karena kalau dimasukkan ke sekolah reguler kemampuan mereka di bawah anak normal, tetapi kalau dimasukkan ke SLB, kemampuan mereka lebih tinggi dari pada anak yang lain. Jadi kesimpulannya kemampuan mereka diantara anak normal dan anak berkebutuhan khusus. Anak Autis menderita gangguan yang menyeluruh (dari segi emosi, kognitif, psikomotorik, afektif).
Ingat “ AUTIS BUKANLAH PENYAKIT” mendekati normal jika diterapi secara rutin dari kecil dan harus dijaga.
Tiga gangguan anak autis:
1.      Gangguan komunikasi : mereka biasanya ngomong diulang-ulang, ada yang seperti burung beo, bila berbicara tidak tahu maksudnya dan biasanya tidak ada ekspresi wajah.
2.      Gangguan emosi : Mudah ngamuk. Dan jika kita menemui hal yang demikian, tenanglah, jangan banyak bicara. Karena anak autis jika mendengar suara yang keras, auditornya banyak terganggu.
3.      Gangguan kognitif : anak autis tidak mudah nagmuk saat KBM, namun saat mereka malas belajar, mereka memiliki trik sendiri untuk mengelabuhi gurunya.
       Misalnya :
·         Autis yang sudah pintar : biasanya mengucapkan “ Ibu sudah makan belum? Ibu sedikit berbeda hari ini?
Tujuannya adalah menunda kegiatan belajar mengajar di kelas.
·         Autis yang masih dasar: sikapnya sedikit berbeda dan cenderung diam.
Cara mendeteksi anak autis :
1.      Umumnya mudah diketahui ketika mereka berumur 1,5 – 2 tahun
2.      Kontak mata dengan orang lain kurang dari 1 atau 2 detik.
3.      Tidak bisa bermain sandiwara
4.      Merespon atau tidak kalau dipanggil
5.      Lebih senang dengan benda mati
6.      Umur 3 bulan juga bisa diketahui yaitu cuek atau tidak dengan ibunya dan orang sekitarnya.
B.  Peran Guru di SLB Negeri Kota Tegal
       Peran guru kelas di SLB adalah mendidik dan membimbing siswa sehingga siswa menjadi mandiri dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan di sekitarnya. Di SLB dalam setiap kelas hanya ada satu Guru yaitu Guru Kelas. Bentuk layanan yang diberikan oleh guru pada siswa adalah secara individual dan klasikal tergantung pada materi yang diberikan.
Perbedaan antara guru di SLB dan Guru Sekolah Biasa
Guru SLB
Guru Sekolah Biasa
Pendekatan yang dilakukan oleh guru adalah secara individual. One by one sesuai dengan karakteristik setiap siswa. Dalam pemberian materipun secara individual.
Pendekatan yang dilakukan pada umumnya secara klasikal, materi yang diberikan pun klasikal.

       Perbedaan SLB dengan Sekolah Biasa
No
SLB
Sekolah Biasa
1
Semua jenjang tematik
Hanya kelas 1 -3
2
Alokasi waktu 30 menit/JP (jenjang SD)
Alokasi waktu 35 menit / JP
3
Pembelajarannya Individual
Pembelajarannya klasikal
4
Ada program khusus (OM, BKPBI, Bina Diri, Bina Gerak, Bina Sosial)
Tidak ada program khusus, hanya MULOK
5
Pada jenjang SMP dan SMA LB kurikulum keterampilan lebih banyak
Terfokus pada mata pelajaran

C.  Jenis-jenis Layanan yang diberikan di SLB Negeri Kota Tegal
1.    Layanan Pendidikan
a.    Mata pelajaran
Mata pelajaran yang terdapat di SLB Negeri Kota Tegal antara lain:
1.    Agama
2.    PKN
3.    Bahasa Indonesia
4.    IPA
5.    IPS
6.    Matematika
7.    Penjas
8.    MULOK (Bahasa Jawa)
9.    SBK
10.    Bahasa Inggris (SMP, SMA LB)
11.    TIK (SMP, SMA LB)
12.    Keterampilan
13.    Mapel khusus sesuai dengan ketunaannya
   Mapel sama dengan sekolah pada umumnya, tetapi ada mata pelajaran khusus yang diberikan. Misalnya:
-       Tuna netra : diberikan OM ( Orientasi Mobilitas), misalnya cara belajar sendiri.
-       Tuna rungu wicara : Artikulasi dan persepsi suara
-       Tuna grahita : Bina diri
-       Tuna Daksa : Bina Gerak
b.    Buku pelajaran
            Menggunakan buku khusus untuk SLB (seperti buku Braille, dll).
c.    Alat Peraga sebagai Alat bantu bagi ABK
Tergantung pada materi yang diajarakan pada siswa. Contoh kartu gambar, jam dinding, bentuk-bentuk geometri, kartu angka, dll.
d.   Ekstrakurikuler
SLB memiliki ekstrakurikuler khusus untuk siswanya.
Jenis ekstrakurikulernya adalah :
a)    Seni Tari
b)   Pramuka
c)    Pantomim
d)   Seni Musik

Tujuannya:                                   
a)    Melatih keberanian/ rasa percaya diri
b)   Mengembangkan bakat/ potensi siswa agar dapat berkembang dengan baik.
c)    Melatih motorik kasar dan halus siswa
e.       Sistem administrasi di SLB Negeri Kota Tegal
·     Ada bantuan dana BOS dan tidak ada tambahan biaya dikarenakan sudah mendapatkan dana BOS.
·    Cara masuk ke SLB : Mendaftar dengan membawa surat hasil psikotes dari RSUD Kardinah serta persyaratan lainnya.
·    Kriteria siswa : Tidak ada kriteria apapun, namun yang lebih diperhatikan adalah kuota untuk jumlah siswanya dikarenakan terbatasnya SDM yang mengajar dan ruang kelas.
·    Latar belakang keluarga : Latar belakang ortu beragam. Mayoritas dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.
f.     Sistem Penilaian
Pada dasarnya sama dengan sekolah umum/reguler, kami mengadakan formatif, UTS, UKK, dll. Penilaian disesuaikan dengan kemampuan siswa. Antara siswa satu dengan siswa lainnya tujuan yang dicapainya berbeda.
2.    Layanan Klinis
·      Bentuk layanan klinis yang diberikan di SLB adalah dengan pemberian imunisasi, pemeriksaan gigi dan telinga, penimbangan berat badan. Pihak yang mengadakan layanan klinis adalah PUSKESMAS terdekat yaitu Puskesmas Tegal Timur.
·      Pihak SLB  menjalin kerjasama dengan puskesmas dalam pemberian layanan klinis, hal ini dilakukan secara teratur setiap satu tahun dua kali.
·      Tujuannnya adalah mencegah penyakit dan memberikan kekebalan tubuh anak sedini mungkin, siswa selalu dalam kondisi sehat sehingga siswa dapat menerima materi dengan baik serta dia dapat datang ke sekolah setiap hari.
3.    Layanan Psikologis
Pelayanan psikologis dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan anak, tidak terjadwal. Jika siswa atau orangtua memerlukan layanan maka kami siap memberikan layanan tersebut (Kondisional). Pihak yang memberikan layanan tersebut adalah psikolog, kami mempunyai dua guru yang lulusan Psikolog.

D.  Asesmen yang dilakukan di SLB Negeri Kota Tegal
Asesmen yang dilakukan di SLB Negeri Kota Tegal dalam hal penerimaan murid baru yaitu dengan melihat kemampuan anak dalam bidang akademik.
Sebelum penerimaan, bakal calon siswa dites terlebih dahulu. Misalnya :
·           Tes motorik halus : bisa tidak mereka memakai sepatu, memegang pensil
·           Tes motorik kasar : bisa gak dia berditi atau duduk
Tes tersebut bukan menjadi patokan diterima tidaknya murid, melainkan digunakan sebagai pemetaan saja sejauh mana kemampuan anak. Akan tetapi, yang menjadi pertimbangan utama adalah kemandirian mereka.

E.  Kurikulum di SLB Negeri Kota Tegal
       Kurikulum yang digunakan di SLB adalah KTSP. Kurikulum di SLB pada dasarnya sama dengan SD umum, akan tetapi mengalami adaptasi terhadap kemampuan anak.
Bicara tentang penerapan kurikulum 2013, pada tahun ini SLB Negeri Kota Tegal belum menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum tersebut baru akan digunakan pada tahun 2014. Perbedaan penerapan KTSP dengan Kurikulum 2013 yang hendak diterpkan pada tahun 2014 adalah saat ini C dibagi menjadi CI dan C, namun untuk tahun mendatang dijadikan satu dan hanya ada C. Jadi, hanya ada A, B, C dan autis. Untuk tuna laras akan ada kelas khusus tersendiri.
SLB C : mampu didik  
SLB CI : mampu latih, diajarkan agar bisa mandiri
Tuna netra : dalam seminggu harus ada OM
Autis : setiap hari ada latihan khusus (afektif, kognitif dan psikomotorik)

F.   Cara Menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus
     Cara meredam emosi ABK
·    Kita harus mengetahui dahulu apa pemicu yang menjadi anak tantrum
·    Kita harus mengetahui karakteristik dari siswa yang tantrum
·    Kita lakukan dengan hati dan kasih sayang

Kiat-kiat untuk menghadapi ABK
·      Dengan memahami tentang psikologi anak dan karakteristik dari setiap siswa maka insya Allah kita tidak akan memiliki emosi yang tinggi terhadap anak. Kita menyadari bahwa memang anak kita adalah anak yang unik. Kita ciptakan emosi/ikatan batin yang baik dengan siswa.
·      Diselingi dengan permainan yang menyenangkan hati.
·      Disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa.
·      Mengajak siswa bersosialisasi dengan lingkungan luar
Jenis sosialisasi di luar lingkungan sekolah yang biasa dilakukan adalah membawa anak jalan-jalan untuk mengenal lingkungan seperti ke kantor polisi, kelurahan, mall, pantai, puskesmas.

G. Kendala yang dialami Guru dan Lembaga dalam menghadapi ABK
Kendala yang dialami guru
1.        Anak belum bisa patuh dan dududk dengan tenang, memori siswa yang terbatas untuk menangkap materi.
2.        Kesulitan untuk mengontrol emosi dan tingkah laku siswa ketika di kelas terutama pada kelas yang muridnya lebih dari lima siswa.

Kendala yang dialami lembaga
       Kendala yang dialami lembaga karena menaungi berbagai tingkatan pendidikan (SD, SMP,SMA) adalah kesulitan dalam membagi waktu ketika ada rapat kepala sekolah yang waktunya bersamaan. Sehingga pihak SLB  harus membagi dengan koordinator tiap jenjang, tetapi untuk soal – soal tertentu tidak dapat diwakilkan sehingga kami harus menundanya, dengan resiko kami pasti terlambat dibandingan dengan sekolah lainnya.
H.   Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas BD 4 SLB Negeri Kota Tegal
1.    Kelas BD 4
     Kelas BD 4 merupakan salah satu kelas 4 di SLB Negeri Kota Tegal yang menaungi anak tuna rungu wicara tingkat dasar. Wali kelasnya bernama Bapak Bambang Rustanto. Jumlah murid dalam kelas BD 4  ada 3 siswa. Namun, pada saat kami melakukan observasi hanya ada 1 siswa yang berangkat. Dari pernyataan beliau 2 anak yang lain sudah hampir sebulan tidak masuk sekolah dikarenakan sakit.
2.    Tentang murid beliau
     Namanya feri. Tempat tinggalnya di kelurahan Randu Gunting, Kota Tegal. Dia berangkat ke sekolah diantar oleh orang tuanya. Dahulu sebelum masuk SLB Negeri Kota Tegal dia sekolah di SD Normal, namun karena semakin lama semakin tertinggal oleh anak-anak normal lainnya, akhirnya dia pindah ke SLB dan langsung menempati kelas IV. Padahal  kemampuannya melakukan perhitungan Matematika belum optimal. Ketika dia mengerjakan tugas, selalu memerlukan tuntunan gurunya. Setiap kali hendak mengerjakan soal, dia selalu memanggil gurunya untuk menuntunnya dia menggunakan bahasa isyarat dan kadang menggunakan kata-kata untuk memanggil sang guru namun sulit diterjemahkan menggunakan bahasa orang normal.
     Pak Bambang mengatakan bahwa seharusnya Feri dimasukkan ke kelas I bukan kelas BD 4 , namun karena diperbolehkan oleh pihak yang berwenang apa boleh buat. Menurut penuturan beliau, kemampuan Feri itu lebih rendah dari kedua muridnya yang lain. Harus dijelaskan berulang-ulang dan dituntun agar dia mau mengerjakan soalnya. Memang ada sedikit unsur malas dan membutuhkan banyak perhatian. Namun, jika dimanjakan terus akan semakin sulit melatih kemandiriannya.
3.    Mata pelajaran di kelas BD 4
     Mata pelajaran di kelas BD 4 sama dengan sekolah dasar pada umumnya. Namun, dalam sela-sela jam efektif di kelas diluangkan waktu untuk mengajarkan SIBI     ( Sistem Isyarat Bahasa Indonesia).  Pengetahuan SIBI diajarkan kepada mereka agar terjalin komunikasi yang baik antara guru dengan siswanya. Untuk mata pelajaran matematika, Feri masih sering mengalami kesulitan dalam melakukan perhitungan matematika baik pengurangan dan  penambahan. Bahkan, Feri juga kadang lupa dengan angka yang seharusnya dia tuliskan. Sehingga Pak Bambang membuat siasat dengan menggunakan media berupa angka-angka yang ditulis di kertas manila kuning. Pada saat kami melakukan observasi, Pak Bambang sedang mengajarkan materi pengurangan dan penambahan pecahan. Media yang digunakan antara lain:
ü Papan angka dari kertas manila kuning
     Tujuan dituliskannnya angaka dalam pepan kertas itu yaitu untuk mengingatkan ingatan mereka mengenai angka yang seharusnya dia tulis.  Media ini digabung dengan menggunakan media batu kerikil kecil. Jadi, batu kerikilnya digunakan untuk mempermudah perhitungan matematika.
Contoh untuk soal pecahan dan cara mengerjakan yang diakukan oleh Feri:
 -  = ....
Cara pengerjaan :
III II I   = 4
     Memang hasilnya benar. Akan tetapi gurunya mengatakan bahwa cara yang diajarkan beliau salah, tetapi disesuaikan dengan tingkat kognitif anak. Perlu ditekankan lagi, anak-anak di SLB benar-benar khusus dan cara ini praktis bagi anak kelas tinggi.
ü Untuk mata pelajaran yang lain, seperti  IPA, IPS
     Guru menuliskan materi di papan tulis. Nmaun, bukan seperti mengajarkan IPA dan IPS pada anak normal, pada kelas BD 4, mata pelajaran IPA dan IPS, guru seperti mengajarkan mereka untuk menulis. Kemampuan/IQ anak tidak sampai dan tidak akan bertemu antara materi dengan kenyataan karena pengertian konkret dalam diri mereka belum ada.
4.    Buku
        Ada dua macam buku, yaitu buku guru dan siswa. Buku di sini, bukan Buku paket seperti pada kurikulum 2013, akan tetapi berupa buku tulis. Jadi, murid menulis materi di buku mereka sendiri beserta tugas-tugasnya. Jika sudah paham, guru memberikan tugas untuk dikerjakan di sekolah menggunakan buku guru untuk mengukur tingkat kognitif anak. Apakah mereka sudah paham atau belum. Kalau tugas yang diberikan guru menggunakan buku siswa, bisa saja soal yang diberikan dikerjakan atau dibantu oleh keluarganya di rumah.
5.    Fasilitas penunjang ketunaan di kelas BD 4
Sebenarnya di kelas BD IV sudah memiliki alat bantu mendengarkan/head ears, namun tidak digunakan. Karena keadaaan di sekitar ruangan tidak memungkinkan. terlalu ramai. Sedangkan kita tahu sendiri jikalau menggunakan alat itu keadaan ruangan dan sekitarnya harus sepi tanpa ada suara yang bising.
6.    Pelaksaan Pembelajaran
          Pembelajaran berlangsung dengan lancar. Murid aktif mengerjakan tugas dan mentaati perintah gurunya. Pembelajaran selesai dalam waktu yang telah ditentukan. Namun, minat siswa terhadap pembelajaran masih rendah masih labil tingkat keminatanya terhadap pembelajaran. Komunikasi antara guru dengan siswa adalah menggunakan bahasa isyarat, oral, gerakan bibir, jari dan gesture. Sedangkan penguatan yang diberikan guru adalah pemberian acungan jempol dan senyuman dari Pak Bambang. Pada saat kegiatan belajar mengajar, anak kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar, masih sangat tergantung pada tuntunan guru. Namun, kondisi kelasnya tenang dan suasana belajar tenang menyenangkan. Karena seperti kita ketahui mereka tuna rungu wicara. Jadi, kemungkinan untuk membuat keributan sedikit. Apalagi muridnya hanya tiga orang dan sakit dua orang. Dalam Kegiatan pembelajaran, siswa fokus, tugas dilaksanakan tetapi harus ada tuntunan dari guru. Siswa selalu memanggil gurunya kalau guru tidak mendengarkan tugasnya pun dilalaikan. Gerak gerik anak serius. Siswa mencatat apa yang diperintahkan oleh guru. Bertanya dengan menggunakan bahasa isyarat ketika dia bingung dengan tugas yang diberikan oleh guru.





BAB IV
PENUTUP


A.  Simpulan
SLB  merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan  sekolah mulai dari tingkat persiapan  sampai dengan tingkat  lanjutan diselenggarakan dalam satu unit  sekolah  dengan satu kepala sekolah. Sistem layanan pendidikan segregasi adalah  sistem pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan  secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Bentuk layanan pendidikan terpadu/integrasi adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk  belajar bersama-sama  dengan anak biasa (normal)  di sekolah umum.
Berdasarkan hasil observasi ke SLB Negeri Kota Tegal, penulis memperoleh banyak ilmu yang bermanfaat, terutama belajar dari anak berkebutuhan khusus untuk selalu mensyukuri anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kita mendapatkan informasi penting mengenai anak berkebutuhan khusus secara langsung dari narasumber yang dapat dipercaya dan mengamati pembelajaran di kelas. Pelayanan di SLB Negeri Kota Tegal sudah cukup baik dan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap anak.

B.  Saran
              Sebagai calon pendidik, mahasiswa harus paham dengan karakteristik anak yang akan diajar sehingga mampu memberikan layanan terbaik sesuai apa yang mereka butuhkan. Tidak semua anak terlahir dengan kondisi yang normal. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas guru untuk bisa memaksimalkan potensi yang ada pada peserta didik apapun keadaan yang dialami peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA


Anoname. 2014. Anak Berkebutuhan Khusus. http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus. Diakses tanggal 7 Mei 2014.
Cristanto, Irfan. 2012. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus.  http://irfan-cristanto.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-abk-anak-berkebutuhan.html. Diakses tanggal 7 Mei 2014.
Setyawan, Dona Agus. 2011. Bentuk Layanan Anak Berkebutuhan Khusus. http://donaagussetiawan.blogspot.com/2011/09/bentuk-layanan-pendidikan-untuk-anak.html. Diakses tanggal 7 Mei 2014.
Way, Lidya. 2011. Sekolah Luar Biasa. http://lidya-plb2011.blogspot.com/2011/10/apa-itu-pendidikan-luar-biasa.html. Diakses tanggal 7 Mei 2014.

















LAMPIRAN



1.        Instrumen kunjungan ke SLB

No.
Pertanyaan utama
                       Pertanyaan detail             
1
Siswa

-       Di SLB ini, ada berapa macam jenis tuna yang diderita siswa?
-       Apa saja ?
-       Apakah ada siswa di SLB ini yang berasal dari luar Kota Tegal?
2
Guru kelas

-       Bagaimana peran guru kelas di SLB?
-       Bagaimana peran guru kelas sebagai guru pendamping di SLB?
-       Apakah bedanya dengan guru di sekolah biasa?
3
Guru kunjung

-       Guru Kunjungnya dari mana?
-       Biasanya mengunjungi SLB kapan?
-       Bimbingannya dalam bentuk apa?
4
Buku khusus


-       Apakah ada buku khusus untuk siswa belajar di SLB ini?
-       Wujudnya seperti apa?
5
Bentuk layanan
-       Apa saja bentuk layanan untuk anak ABK di SLB ini?
-       Bagaimana bentuk pelayanannya?
6
Pelayanaan klinis

-       Bentuk pelayanana klinisnya seperti apa?
-       Siapa pihak yang mengadakan layanaan klinis tersebut?
-       Kapan pelayanan klinis tersebut diberikan?
-       Tujuannya untuk apa?
7
Pelayanan psikologis

-       Kapan siswa mendpatkan pelayanan psikologis?
-       Dari pihak mana yang mengadakan pelayanan tersebut?
8
Ekstrakurikuler

-       Apakah ada ekstrakurikuler khusus untuk anak ?
-       Apa saja jenis ekstrakurikulernya?
-       Tujuan diadakannya ektrakurikuler ini untuk apa ?
9
Kurikulum

-       Kurikulum apa yang digunakan di SLB ini?
-       Apakah sama dengan kurikulum di SD biasa?
-       Sudahkah ada berita akan diterapkannya kurilkulum 2013 untuk SLB?
10
Administrasi
-       Apakah ada bantuan dana BOS?
-       Bagaimana cara masuk ke SLB ini?
-       Kriteria apa saja yang boleh masuk di SLB terkait?
-       Apakah ada tambahan biaya lain?
-       Biayanya untuk apa saja?
-       Bagaimana latar belakang keluarga mereka? berasal dari keluarga yang tingakt ekonominya bagaimana?
11
Mata pelajaran
-       Apakah mata pelajaran di SLB sama dengan sekolah biasa?
-       Kalau beda, mata pelajaran apa yang membedakan?
-       Apa saja mata pelajarannya?
12
Orang tua
-       Apakah kebanyakan alasan orang tua menyekolahkan anaknya di SLB?
13
Keberagaman siswa
-       Bagaimana menghadapi anak berkebutuhan khusus?
-       Apakah keluh kesah bapak/ibu ketika mengajari anak tersebut?
-       Apakah kendala yang sering dihadapi ketika mengajarkan materi pelajaran di kelas?
-       Apakah kiat-kiat untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus agar emosi kita sebagai guru dapat terkendali?

2.        Instrumen kunjungan ke SLB

No
Pertanyaan
Jawaban
1
Apakah di SLB ini juga mengalami perubahan ke kurikulum 2013?

2
Perbedaan yang menonjol antara kurikulum di SLB ini dengan di sekolah biasa?

3
Bagaimana cara meredam emosi ABK?

4
Di sekolah ini, ada berapa jumlah anak tuna grahita? Bagaimana cara pembagian kelas di ABK?apakah setiap tipe dicampur atau dipisah?

5
Bagaimana cara kita memandang masa depan ABK?

6
Kesulitan apa yang dialami lembaga karena menaungi berbagai tingkatan pendidikan (SD, SMP,SMA)?

7
Apakah kiat-kiat untuk menghadapi ABK agar emosi kita sebagai guru dapat terkendali?

8
Bantuk layanan klinisnya seperti apa? Siapa pihak yang mengadakana layanan klinis tersebut?kapan pelayanan klinis tersebut diberikan?

9
Kapan siswa mendapatkan pelayanan psikologis? Dari pihak mana yang mengadakan pelayanan tersebut?

10
Apakah ada ekstrakurikuler khusus untuk anak?
Apa saja jenis ekstrakurikulernya?
Tujuan diadakannya ekstrakurikuler ini untuk apa?

11
Bagaimana sistem penilaian dalam SLB untuk ABK?

12
Apakah ada asesmen yang mengacu pada tingakt motorik anak ABK?
Kalau ada asesmen yang seperti apa yang dilakukan?

13
Bagaimana cara pelaksanaan pemberian layanan pendidikan bagi ABK di sekolah ini?

14
Bagaimana cara pelaksanaan pemberian layanan pendidikan bagi ABK di sekolah ini?

15
Apakah SLB ini menggunakan alat peraga sebagai alat bantu bagi ABK yang kesulitan dalam menangkap informasi? Alat peraga apa saja?

16
Apakah SLB ini menerma semua jenis ABK?

17
Apa saja pendekatan terapi yang sering digunakan untuk layanan pendidikan anak tuna laras?

18
Pernahkah siswa diajak bersosialisasi di luar lingkungan sekolah?

19
Apakah tingakt kecerdasan pada anak ABK dapat disamakan dengan anak normal? Misalnya tuna wicara?

20
Pada ciri fungsi mental ABK tuna grahita yaitu sukar dalam mengungkapkan kembali suatu ingatan. Dalam bentuk apakah guru memberikan evaluasi pembelajaran pada anak tersebut?


3.        Lembar Observasi  ke kelas BD 4

No.
Pengamatan
Ya
Tidak
Penjelasan
1
Guru memodifikasi sarana dan prasarana olahraga



2
Model pembelajaran dapat diamati dan diraba oleh anak



3
Guru menggunakan model oral/ujaran/ manual dalam membelajarkan anak tuna rungu



4
Adanya fasilitas bagi anak tuna rungu seperti audiometer, alat bantu dengan audiovisual, taoe recorder, spatel atau cermin



6
Bagaimana kondisi kelas pada saat KBM?



7
Adakah penguatan yang diberikan oleh guru kepada siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya?



8
Apakah ada umpan balik yang diberikan oleh guru?









4.        Lembar Observasi  ke kelas BD 4

No
Objek yang Diamati
Skor
Keterangan
1
2
3
4
1
Perhatian siswa terhadap pembelajaran
a.    Siswa fokus perhatiannya terhadp pembelajaran
b.    Melaksanakan tugas dengan segera
c.    gerak-geriknya serius





2
Minat siswa terhadap pelajaran
a.     Siswa tidak berhenti bekerja
b.     Wajah siswa berseri-seri
c.     Terlihat asyik mengerjakan tugas





3
Aktivitas siswa
a.    Kalau tidak jelas mau bertanya
b.    Segera menjawab ketika ditanya
c.    Mencatat hal-hal yang penting





4
Semangat belajar
a.    Masuk ruangan dengan segera
b.    Kelihatan sibuk





5
Keadaan pembelajaran tertib
a.    Kalau mau bertanya mengangkat tangan
b.    Masing-masing siswa asyik dengan tugasnya
















DOKUMENTASI


No comments:

Post a Comment

KONEKSI ANTAR MATERI KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1

  Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang sangat pantas mendapatkan julukan sebagai Bapak Pendidikan. Beliau tidak pernah merasa putus asa u...