Wednesday, March 27, 2024

KONEKSI ANTAR MATERI KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1

 

Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang sangat pantas mendapatkan julukan sebagai Bapak Pendidikan. Beliau tidak pernah merasa putus asa untuk menanamkan semangat melawan kebodohan, Berkat jasanya, kini kita bisa sekolah dengan mudahnya. Jika kita melihat ke belakang pada zaman kolonial, kita menyaksikan betapa mirisnya pendidikan pada saat itu. Jauh berbeda dengan saat ini. Dahulu, hanya para bangsawan yang bisa bersekolah, rakyat biasa hanya menjadi “babu” penjajah. Orang pribumi yang bisa sekolahpun nantinya akan menjadi pegawai Belanda untuk melancarkan aksinya. Bisa dikatakan, Belanda itu tidak tulus untuk menyekolahkan orang pribumi. Pada saat ini, siapapun bisa sekolah tidak memandang suku, ras, budaya, kaya ataupun miskin. Pendidikan sudah merata ke semua lapisan masyarakat.

Ki Hajar Dewantara juga terkenal dengan semboyan pendidikan yakni Ing Ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Saya tahu betul semboyan itu, namun saya sebagai pendidik belum menjiwainya.  Ketika saya mendalami pemikiran Ki Hajar Dewantara pada modul 1.1, saya mengakui anggapan yang saya yakini sebelumnya keliru, antara lain:

Saya menganggap bahwa siswa itu ibarat kertas kosong. Dari anggapan tersebut, saya sebagai guru kelas harus memberikan pengetahuan-pengetahuan yang dapat ditulis dalam kertas itu. Namun pemikiran saya ternyata keliru. Setelah saya belajar mengenai pemikiran Ki Hajar Dewantara ternyata siswa itu ibarat kertas yang sudah ada tulisan-tulisan tipis, sebagai guru berperan menebalkan tulisan tersebut. Dalam artian menebalkan perilaku atau budi pekerti yang baik dan membiarkan budi pekerti yang kurag baik. sehingga pada akhirnya yang terlihat adalah tulisan tebal saja atau perilaku yang baik.

Saya menganggap kelas yang hening adalah gambaran pembelajaran yang efektif dan berhasil. Anggapan tersebut atas dasar pemikiran saya jika kelas ramai, maka siswa tidak akan focus dan pembelajaran tidak akan masuk ke dalam pikiran mereka. Namun, setelah saya memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya menyesal. Justru, kelas yang tenang itu menandakan anak tidak aktif, tidak terjalin komunikasi dua arah antara siswa dan guru serta menentang kodrat anak. Kelas yang ramai tidak selamanya buruk. Jadi, sebagai guru, alangkah baiknya belajar mengelola kelas sehingga menjadi kelas yang aktif dan siswa berani tampil dengan percaya diri.

Saya memandang semua siswa itu sama.  Saya memberikan tugas yang sama untuk semua siswa, menggunakan metode yang sama dan memberikan waktu yang sama dalam menyelesaikan tugas. Sebelumnya, persepsi saya mereka itu sama-sama mampu menerima apapun yang saya berikan. Saya tidak mempertimbangkan bakat dan minat anak yang penting saya tidak disibukkan dengan berbagai metode mengakar. Namun, hal tersebut keliru, tidak sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara.  Setiap siswa memiliki keunikan, bakat dan minat masing-masing. Sebagai pendidik tiddak bisa memaksa anak untuk menjadi yang diinginkan. Sudah selayaknya kita sebagai pendidik mendidik sesuai dengan bakat dan minat anak. Sejalan dengan analogi Ki Hajar Dewantara bahwa seorang petani tidak dapat menjadikan padi yang ditaman itu sebagai jagung. {adi tetaplah padi. Selain itu, ia juga tidak dapat memelihara tanaman padi itu selayaknya jagung.

Saya adalah penguasa kelas. Saya mengangap siswa harus mengikuti aturan yang saya berikan di kelas menurut apa yang saya anggap baik. Jika ada siswa yang melanggar, maka saya berhak memberikan hukuman. Setelah mendalami pemikiran Ki Hajar Dewantara, ternyata saya keliru. Beliau mengajarkan bahwa pendidik harus berhamba pada murid. Pendidik dituntut untuk melayani dengan peneuh hati, sesuai dengan kebutuhan murid. Hamba yang baik adalah hamba yang melayaninttuannya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan tuannya dengan baik,

Target utama saya adalah materi selesai.  Saya pernah di fase target utama sebagai pendidik adalah materi selesai. Siswa sudah paham atau belum itu urusan belakangan, yang penting sebagai guru tugas saya selesai. Siswa yang belum paham saya tinggal, karena saya berpikirjika terlalu focus padanya, maka akan menyita waktu. Anggapan saya ternyata salah setelah mempelajari materi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Hal yang saya lakukan itu adah hanya tupoksi sebagai guru di kelas, saya memiliki tugas lain yaitu mendidik. Berbeda dengan mengajar, mendidik itu lebih berhubungan dengan penanaman budi pekerti dan memberikan penguatan mental kepada anak sehingga kelak mereka akan menjadi jiwa yang kuat dalam menghadapi kerasnya dunia.

Kegiatan belajar mengajar berada di dalam kelas . Terakhir saya menganggap kegiatan belajar di dalam kelas jauh lebih menyenangkan daripada di luar kelas. Saya berpikir kelas adalah satu-satunya tempat yang sudah disediakan untuk menuntut ilmu. Ada kursi, meja, papan tulis dan semuanya sudah ada di kelas. Anak-anakpun bisa tenang ketika belajar. Namun, anggapan saya keliru lagi. Sebagi pendidik yang baik sebaiknya mendidik anak sesuai kodrat alam. Alangkah baiknya, anak dikenalkan dengan kehidupan di sekitar sekolah. Guru mengajak anak belajar di luar kelas untuk mengenalkan bahwa lingkungan juga bisa dijadikan sebagai tempat belajar. Lingkungan juga bisa sebagai sumber belajar yang secara langsung dapat dilihat oleh anak.       

Setelah memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara dan menyadari kekeliruan saya ketika mengajar, saya ingin melakkan perubahan sedikit demi sedikit. Saya akan memperbaiki kekeliruan saya dengan mengubah cara pandang saya kepada siswa. Pembelajaran yang saya lakukan sebisa mungkin berpihak pada anak dan sesuai bakat minat anak. Hal itu bertujuan agar anak mampu mengembangkan bakat minatnya di sekolah. Pengguanan metode pembelajaran yang bervariasi juga saya lakukan agar anak merasa bahagia belajar di kelas sehingga mereka tidak takut lagi untuk mengungkapkan pendapatnya. Saya sebagai pendidik kadang merasa malu belum bisa memberikan yang terbaik untuk anak. Anggapan yang saya Yakini ternyata keliru. Mulai dari sekarang, saya akan berusaha memperbaiki apa yang keliru dan meningkatkan apa yang sudah sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Saya bertekad untuk melakukan perubahan ke arah yang jauh kebih baik.

SEKIAN.

 

 

 

 

Monday, March 25, 2024

22 Jam 2023

 Hari Minggu.. hari libur sekolah..

Jadwalku momong hamis full sementara bapak mengantar pesanan beras dari pagi. Mertua ku seperti biasa sibuk dengan kesibukannya sendiri. Walaupun kami serumah, tapi waktu saya ketemu mertua paling hanya malam. Sehari hari beliau sibuk ke sawah.. kalau gak ke sawah main d tempat ibunya. Sudah biasa.. q pun terbiasa.. 

Seharian sama hamis..senang.. namun sore hari, ketika harus mempersiapkan makan malam sementara tidak ada siapapun di rumah kecuali kami berdua. Masak sambil momong itu rasanya luar biasa.

Dari pagi sudah terbayangkan mau masak  "lele santan dicampur batang keladi. Saya baru sempat menggoreng lele dan menguliti keladi. Sudah susah payah karena hamiss membrantaki sendok, plastik, wajan dll .


Air sudah mulai mendidih, kutinggalkan rencana masak sayur. Hamis mandi bersamaku, kudandani hamis dan kusambi dia sholat. Alhamdulillah nurut. Lanjut, 

Monday, February 4, 2019

Dusta

"Sudah berapa kali kau berbohong padaku?"


kini kau ulangi lagi luka yang membuatku tak henti menangis dan selalu memikirkannya. 
apakah kamu sudah tak punya hati?

Hanya karena wanita yang belum tentu mencintaimu kau setega ini mengkhianatiku. pergi seenaknya saja setela kau tancapkan cinta yang muna. 

Jika ada akhirnya seperti ini mending kamu gak usah mendekati aku saja. cukup berteman seperti dahulu sebelum kita mulai sedekat ini. 

Biarkan saya pergi saja, tidak usah menyentuh saya lagi. sudah terlalu lara memendam luka ini. 

meskipun kau sahabatu tapi jika sudah seperti ini mending saya mundur dari persahabatan ini dan melupakan segalanya yang pernah kita tuliskan di takdir kita berdua. 

"Hati yang tersakiti" 

Thursday, May 3, 2018

Tri Susanto Ardhy




Seorang yang kukenal saat PPL PPG di SDN Kembangarum 01 Kota Semarang. 1 Agustus 2017, pertama kali kulihat tampangnya yang polos, tidak rapi, ahh No banget. Bulan agustus dilewati dengan biasa saja, dia belum berani minta nomor HP ku, ketemu hany di sekolah saja. Everyday. Di yang seharusnya guru di kntor guru mlah memilih berkumpul dengan anak PPL yang masih belum jelas masa depane.
Sebulan berlalu, gantilah bulan September.
Dia mulai meminta nomor HP ku. Just Me.
Padahal teman sekelompokku ada 4 orang. Kukasih nomorku, hanya teman, tidak lebih. Ternyata, tidk seperti yng kubyangkan. Hampir setiap malam dia telpon. Beda operator. Ngapain coba? Gak penting telpone? Di sekolah setengah hari ketemu????
Telponan pertama, dia biasa. Kedua sudah mulai mengungkapkan rasa suka. “Amazing Believe” sebagai orang yang sudah berusia 24 tahun kala itu, tak kuhiraukan. Ini terlalu cepat.  Aku sudah gak percaya sama laki-laki. Tapi dia selalu bilang “gak semua laki-laki sama, aku beda”.
Dia tidak menyerah. Di sekolah membuntuti aku terus. Kemanapun saya pergi kecuali ke WC. Sampai guru-guru, kepala sekolahpun menganggap kami itu ada apa-apa. Setiap sore dinyanyikan lagu romntis. Awale udah mainstream banget si, tpi lama-lama luluh juga. Kalau gak dinyanyikan, pasti dikirimi videonya dia menyanyi. Pie persaanmu???????? Kalo mlem ditelpon????? Wanita mana yang gak baper?????
Pada waktu itu kayake bulan septemberan, aku minta tolong supaya dia mbenerin laptopku. Modudnya dia gak mau mbenerin di sekolah, tapi dia pengin ke asrmaku. Apa bole buat demi kesehatan sang laptop, kuturutilah dia. Tapi??? aPa yang terjadi. Dia ngajak makan. Katanya belum makan. Ya udah tak kancni makan.
Mulai dari situ, hubungan kami membaik-membaik-membaik-positif-dan semakin hari aku semakin merasa suka. Omongannya dia juga membuatku percaya mengenai sebuah keseriusan. Namun sampai akhir desember, aku belum memberikan keputusan. Hubungan yang biasa saja namun selalu peduli. Dia sering ke asrama, walaupun gak jelas mau apa. Waktu itu malah Cuma motoran sampe mijen. Jarak yang tidak terlalu dekat dari asrma. Bolak balik ke toko buku ntuk dikirim ke Kalimantan. Dia selalu ada. Siaga banget pokoke. Sampe aku berpikir, sudah mentok gak ada yang kayak dia.
Pada bulan desember, aku dinyatakan lulus dari PPG. Dan di bulan desember pula ada tes Non ASN kota semarang. Dia memberitahuku dan memintaku untuk mendaftar. Katanya usaha agar saling dekat dan orang tuaku bisa menyetujui hubungan kita kalau sudah sama-sama bekerja di semarang. Entah kenapa, mungkin sudah suka sama dia, waktu itu benar-benar pengin daftar. Padahal malam hari sebelum daftar, bapak ibuku tidak mengijinkanku. Aku sampai nangis-nagis agar direstui. Akhirnya dengan air mataku yang sudah berlimpahan, orang tua menyetujuinya. Jalanku mulus. Daftarpun mulus. Namun, untuk hasil tes, aku tak berharap banyak karena banyak yang tidak kuisi. Susan selalu menyemangatiku, pasti keterima. Tambah semangatlah diri ini.
Sampe hari pengumuman tiba, aku dan dia menungguh hingga dini hari menanti pengumungan.
Subhanalloh sekali, aku diterima.
Senang campur haru bener-bener jadi satu.
Diapun senang banget.
“Apakah dia jodohku?”
Aku hanya bisa bertanya-tanya karena aku kembali lagi ke kota semarang.
Di bahagia karena jalan kita sudah semakin dekat dan terang.
Januari 2018.
3 januari, aku menginjakkan kakiku di kota semarang lagi dengan kondisi yang berbeda. Sekarang aku mengabdi di kotanya. Aku dan dia sudah berniat menabung uang untuk nikah tahun ini.
Aku, bahagia.
Dia menjemputku tnpa ngeluh. Aku diantar ke kosnya lele, temen kuliahnya. Setiap hari setelelah pulang sekolah, dia pergi ke Semarang Selatan untuk membantuku mencari kos. Sampai akhirnya aku menemukan kos yang dekat dengan SD ku. Terimakasih sayang :*

Januari, hujan kasih sayang.
Kami semakin dekat dan dekat. Rencana pernikahan sudah di depan pintu. Sekitar 3 kali dalam seminggu kita bertemu. Apalagi hari minggu, wjib ketemu.

Memasuki bulan februari,
Sampai pertengahan bulan, aku dibnjiri kasih sayangnya. Namun, akhir bulan entah apa yang terjadi.

I don’t know.
Semua berubah 180 derajat.
Mulanya banjir kasih sayang, seketika kemarau. Blas gak ada kasih sayang yang dia berikan. Jangankn kasih sayang menge-chat akusaja lewat Wa, enggak.
Apalagi telpon L
Ada apa????
Ada yang salah???
Aku gak tau masalahny apa....
Sampai awal maret, hubungan kmi sama sekali gak harmonis. Aku yang selalu mengharapkan kbarnya. Aku yang haus kasih sayangnya. Aku yang mengejar-ngejarnya.  Hidupku mulai gk fokus.
Aku gak bisa sperti ini.
Akupun mengajak di a ketemu.
Kita ketemu dengan aneh menurutku. Beda. Beda. Beda. Dia kelihatan gak seperti dulu.
Aku mencoba menerimanya, mungkin dia lelah kebanyakan rapat. Sangat positif thinking. blas gak ada pikiran buruk tentangnya.
Minggu awal maret smpai migggu ketiga sudah tidak memanggil sayang lagi. Padahal aku sudah memnggilnya. Dia mnyueki panggilanku. Oh ya, aku masih positif thinking, mungkin dia lelah.
Tanggal 12 maret 2018, hari senin, kita makan bersama. Aneh aneh aneh. Sikapnya dia dingin. Tapi, aku masih saja menghibur diriku, mungkin dia banyak kerjaan. Sama sekali aku tak berpikir jelek.
Aku ajak dia ke rumahku, soalnya tanggal 187 ku mudik. Tujuan ku Cuma pengin ngenalin dia ke orang tuaku. Aku sudah cerita tentang dia, dengan gigih, mantap aku bilang sama orang tuaku, aku mencintainya, insyaalloh dia jodohku.
Orang tua yang awlnya mikir, anaknya supaya tetap dekat dengannya, mulai luluh dan menyetujui hubungan kami.
Kupikir, ku gak salah mengajaknya. Tapi, mungkin kata ajakan saya sedkit memaksanya. Mungkin juga itu sehingga sifatnya berubah. Selasa-mlam jumat, kita masih hubungan WA. Namun, hri Jumat-malam minggu, tak ada kabar blas.
Aku motoran sendiri dari semarang-kebumen. Bukan jarak yang dekat, hampir 5,5 jam di atas motor. Aku sngat berharap ditelpon olehnya, namun pupus, sampai rumahpun tidak ada telpon atau WA darinya.
“Ada apa????”
Aku mulai negatif thinking.
“aku salah apa????”
Ku tak bisa, kami posisinya masih saling komitmen, katanya.
Aku menghubungi dia, “aku salah apa, ko ngenengke aku?”
Hari berganti hari, vhatku gak dibalas, cum di read.
Astagfirulloh, aku salah apa?? Ko sakit yaa diginiin??? “
Aku masih gigih berusaha.
Hari minggu, ku chat dia.
“Aku salah apa?????”
Pokonya dia membalas gini “. kamu gak salah. Pengin ngmong langsung gitu jawabe”
Perempuan mana yang hatinya gk teriris-iris, pacarnya bilng kya gini, tnpa minta maaf.
Aku penasaran, sangat penasaran. Ada apa ini? Apa yang terjadi?? Aku , aku salah apa??
Dia tetap gak mau cerita.
Ya sudah aku terima saja.
Sampai haris senin,  19 maret 2018, saya berangkat ke semarng, ku harus minta semangat dari nya. Hanya dia yang bisa menyemangatiku. Alhamdulillah, aku sampai semarang dengan selamat. Iya selamat, tapi hatinya masih merasa sakit.
Kenapa harus di kota iniii ya robb???
Aku masih saja bertanya-tanya. Padahal hari minggunya aku dah bilang mundur. Tapi, aku gak plong, kayak gak ada masalah koh tiba-tiba menjauh.
Kalau kamu tahu, setiap sholat aku keinget kamu, dan tak disengaja air mata keluar. Saking sayangnya sama kamu. L
Tapi kamu enggak.
Hari rabu, 21 maret 2018.
Perasaan gundah gulana, kamu yang kuharapkan sama sekali gak ada kabar. Aku sudah berusaha menerima nya. Tapi aku gak bisa, gak biasanya kamu seperti ini. Ini bukan sant0000???????
Aku wa kamu, dan kamu bilang
“dibiasakan tanpa aku ya”

Super banget sakitnya, kalau kamu tahu.
Kamu bilang gitu, dari jam 4 sore sampai malam sebelum ketemmu kamu, aku menangis tak hentinya. Mungkin kamu enggak.
Kamu malah ketiduran. 
Dua keadaan yang saling bertentangan.

Kutunggu-tunggu kamu dari jam 8. Sampai aku Wa kamu dan kamu lagi di perjalanan.
Posisi sudah hampir jam tgh 10.
Ketemu kmu rsanya canggung, aneh, sakit, dan aku berusaha tegar menerim keputusanmu, meskipun yang aku pikirkan terjadi.
Tapi, aku gak bisa, aku nangis duluan.
Kamu juga malah nangis.
“jadi masalahnya, weton kita sama”
“Watak kita sama. “
“Kita tidak berjodoh. “
Just it.

Alasanmu masuk akal. Demi menciptakan keharmonisan keluarga, tanpa ada perselisihan.

Watak kita sama, iya. Aku yang sering jengkel. Maaf jika aku salah....
Watak kita sama, maaf aku pernah mbanting Hp mu.
Watak kita sama, maaf jika aku pernah menangis saat mau legalisir ijazah.
Watak kita sama, maaf jika aku pernah menangis karena pengin putus dri kamu dan kamu gak mau. Nanti keduluan orang yang menikahimu.
Watak kita sama, maaf aku yang sering tidak mau ngalah.
Watak, weton kita sama, makannya kita gak jodoh.
Ya Robb, kenapa hati ini sakit??
Karena persaman yang kita miliki, kita gak bisa mewijudkan mimpi kita bahagia bersama, tertawa bersama di pelaminan.
Haruskah watak kita beda biar dipersatukan..
Maaf...
 Aku yang masih mengharap pada manusia ya Robb.
Kuatkan aku.

Mantan calon suamiku, terimakasih sudah mengenapkan keganjilanku dari bulan september-maret. Semoga kamu bertemu dengan adek yang bisa mengademkanmu.
Jadi inget kata-kata ini san,

Ketika kamu menyayangi seseorang, hanya ada dua kemungkinan:
membersamaimu
atau
memberikanmu pelajaran

kita tidak bisa bersama meskipun aku menyayangimu. Aku hanya bisa mengambil pelajaran berharga untuk kehidupanku di masa mendatang. Terimakasih.


#Semarang, 28 Maret 2018
#Belajar nulis

Friday, August 4, 2017

“STOP TANYA KAPAN”





“Kapan”, lima huruf yang tersusun rapi dengan segelintir makna yang kadang mengena di hati. Apalagi, kalau tanya nya, “kapan nikah?”. Wah, bagi wanita yang sudah berkepala dua pastilah akan menimbulkan perasaan yang nano-nano, campur aduk kayak es buah dan bisa jadi pengin balik kanan terus sumpel telinga pakai headset (#hahaha). Usia tersebut memang sangat rentan ditanya soal nikah, akupun begitu.
Saat ini, usiaku hampir seperempat abad. Sudah berkali-kali pertanyaan itu terlontar dari banyak mulut, tidak hanya teman, tetangga, keluarga pun sudah mulai memberikan kode keras agar cepat nikah. Sampai-sampai nenekku yang sudah agak susah ngomongnya berusaha bilang, “kamu, kuliah terus kapan nikahnya?”. Jleb sekali, ngena banget. Tak biasanya nenek tanya seperti itu. Mungkin nenek prihatin kali ya, melihat gadis tua yang belum berumahtangga dan lebih mementingkan kuliah daripada nikah. Lebih gak disangka lagi, nenek sampe ngitung dari kecil sampai saat ini aku mengenyam bangku sekolah. Dengan perlahan-lahan dan tidak jelas, nenek bilang, “nok, kamu itu sekolah terus, kalau dihitung-hitung dari TK 1 tahun, SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, kuliah 4 tahun ditambah ini kuliah setahun, jadi berapa?,” Aku jawab sambil ketawa kecil, “18 tahun nek” . Nenek tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sepertinya, nenek trenyuh denganku yang masih saja menuntut ilmu di kala usia sudah pas banget untuk nikah.
Baru kali ini nenek menanyakan hal yang sangat tak kuduga. Baru kali ini juga aku mendalami betul-betul pertanyaan itu. Meskipun sebelumnya sudah banyak yang tanya dan mengojok-ojoki nikah, nikah, nikah dan nikah. Namun, pertanyaan dari neneklah yang sudah menyadarkanku bahwa aku tak muda lagi. Sudah waktunya untuk memikirkan yang bisa diajak menjadi teman hidup sampai ajal menjemput.
Sebagai wanita normal, akupun pengin segera menikah. Wanita mana sih yang gak pengin nikah. Wanita mana sih yang gak sakit hati kalau ditanya, “Kapan nikah?”
Ditambah lagi, “ Ati-ati loh nanti stok lelaki sholeh habis?”
“Ati-ati loh nanti jadi wanita tua yang gak nikah-nikah”.
Gak sekalian, ati-ati loh nanti pemerintah gak nerbitin buku nikah lagi? (#hahahahaa)
Jujur saja, sebagai wanita dewasa yang belum di akad sama lelaki, saya merasa sedih, sakit hati, trenyuh kalau ditanya kayak gitu. Kalau dibilang, milih-milih lelaki, aku tak sakit hati. Memang aku pemilih, soalnya menikah butuh keyakinan untuk memantapkan kemana hati ini akan selamanya dilabuhkan. Bukan semata-mata ingin cepat nikah karena teman-teman seangkatan sudah pada nikah. Lebih baik menjadi singlelillah dulu daripada cepat menikah karena gengsi.
Pertanyaan “kapan nikah” tak akan berhenti dilontarkan sampai kita menikah. Untuk membentengi diri dengan pertanyaan atas membuat nyiyir dan susah dijawab, saya sudah terbiasa melakukan hal seperti ini:
Pertama,
Tataplah orang yang bertanya dengan tatapan senyum. Dengan begitu, kamu tidak akan kelihatan kalau kamu sedang menyimpan perasaan sakit hati. Meskipun sedang berpura-pura tidak sakit, setidaknya kamu kelihatan lebih kuat menghadapi kenyataan.
Kedua,
Jawablah dengan tegas, “semoga disegerakan.”
Setiap perkataan adalah doa dan kata “semoga” sungguh sebuah harapan besar kepada-Nya. Pastilah orang yang bertanya akan mengaminkan doa kita. Tidak ada doa baik yang tidak terkabul. Tetap berusaha, berdoa dan bertawakal kepada-Nya.
Ketiga,
Ajukan pertanyaan balik kepada orang yang bertanya. Misalnya, “hmm, apa sih yang membuatmu yakin banget menikah dengannya, bagi tipsnya dong?”. Dengan pertanyaan pancingan seperti itu, orang tersebut akan merasa senang untuk berbagi ceritanya sekaligus kita mendapatkan pengetahuan baru tentang nikah dari orang yang sudah merasakannya. Kitapun sudah terselamatkan dari pertanyaan miris “kapan nikah”.
Keempat,
Tetap positive thinking. Orang yang bertanya kapan nikah berarti perhatian, peduli sama kita. Mereka ingin mengingatkan kita kalau menikah adalah ibadah supaya kita tidak terlena mengejar karier terus menerus.
Begitulah saya menyikapi pertanyaan tersebut. Meskipun kadang sakit mendengar pertanyaan itu, tapi saya tetap yakin kalau orang yang bertanya memang benar-benar peduli. Tuhan sudah mentakdirkan setiap orang memiliki pasangan. So, don’t worry semua akan menikah pada waktunya.

Wednesday, May 31, 2017

Apa yang kita sangka akan bahagia, belum tentu berakhir bahagia


Saturday, April 15, 2017

mulai Ragu

Bukan hidup kalau tidak memiliki masalah
Begitupun sebuah hubungan tak akan pernah luput dari masalah
Ada-ada aja masalahnya, dari yang mulanya kecil menjadi besar dan lama-lama menggunung
itulah cobaan ketika menjalin sebuah hubungan.
aku memiliki sebuah cerita. tenang ini tentang hidupku dan masalahku.
aku mencoba membuka hati untuk sesorang yang insyaalloh baik. sebelumnya, saya sudah pernah menjalin komitmen, namun karena suatu hal tentang hati  akhirnya pupus di tengah perjalanan menuju cinta yang halal,
kini, aku mencoba membuka hati yang telah lama terpendam jauh dalam lubang tanpa cinta. aku coba, semoga dengan ijin Alloh sampai pada saat yang benar-benar menari dalam ikatan yang direstui agama dan negara. Aku benar-benar menjaganya karena memang dia sosok yang kuinginkan dan kuharapkan.
Di sama sekali tidak perhatian dan kita menjalin komitmen pun tidak tau satu sama lain.aku lebih tahu dia daripada dia tahu aku, aku tahu keluarganya, teman-temannya, sekolahnya, kesehariannya, kerjanya, namun, dia tidak pernah mau tahu tentang aku. kupendam amarahku hingga bulan ketiga. bulan ke empat, dia mulai sibuk dengan urusannya sampai tidak menghubungiku sama sekali selama beberapa hari.
sebagai wanita biasa, siapa yang tidak galau dibegituin. aku menginbox dia.
"tolong jangan gantung aku"
jawabannya seolah  dia tak bersalah.
dimana hati nuranimu mas..
aku bingung, galau kamu malah biasa aja.
di tengah bentrok mengenai tidak ada kabar. dia sedikit-sedikit membuka masalahnya.
'ada orang ketiga'
mantan pacarnya 1 tahun silam.
"ada apa dengannya? aku bertanya-tanya?''
kemudian dia menjawab dengan penuh meyakinkanku.
"masih ada masalah antara dia dan orang ketiga"
sebenarnya, masalahnya biasa saja, bukan sesuatu yang rumit dan kompleks.
tapi, dia menganggapnya itu serius dan harus dipikirkan.

sejenak aku meragukannya, kenapa orang ketiga itu malah lebih dipikirkan dari ada aku yang jelas-jelas bisa menerimanya apa adanya??

dia bilang lebih memilih aku daripada orang ketiga. tapi kenapa dia sholat istikhoroh??

aku semakin ragu.

bagiku, cukup diselesaikan dulu masalah yang membuat hidup gak tenang. tidak usah seperti ini. menggantungkanku dengan istikhorohnya. '

kalau suka sama aku kenapa harus istikhoroh??

aku sebal marah dan penuh emosi.

mungkin dia baru tahu sifatku yang sebenarnya,

aku baik. benar... namun, kalau memanfaatkan kebaikanku aku gak suka. mending jujur pada awalnya jika akhirnya menimbulkan luka yang begitu mengena,

aku memikirkan keberlanjutan hubungan kita. meski bapak ibuku belum pernah ketemu kamu, tapi dia sudah yakin kamu orang baik..

akankah pupus juga seprti masa laluku yang penuh dengan ketidakjelasan cinta??

aku masih sebal sama kamu namun aku juga kangen dengan sosok mu..


Ngaliyan, 16 april 2017

KONEKSI ANTAR MATERI KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1

  Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang sangat pantas mendapatkan julukan sebagai Bapak Pendidikan. Beliau tidak pernah merasa putus asa u...