Wednesday, March 26, 2014

Deary Nayla



 Sabtu, 15 November 2013
“ Deary, Malam ini aku kembali memikirkannya, rasa pedih itu muncul lagi. Padahal sudah sekian lama berpisah, dua tahun lebih.  Sejak kita diterima sebagai mahasiswa baru di universitas yang sama. Menyakitkan memang, sedang bahagi-bahagianya menjadi mahasiswa malahan putus dengan sang kekasih. Bukan seperti yang aku bayangkan sejak dulu. Aku rela tidak pacaran dan hanya ingin sekali pacaran namun di tengah jalan, hubungan kita harus terpisahkan oleh alasan yang tidak jelas. Dahulu sebelum kuliah, kita pernah berandai-andai kalau kita pengin belajar di universitas yang sama. Tapi, apa coba setelah kita resmi menjadi mahasiswa baru, justru dia memutuskanku. Alasannya karena bapak, tidak boleh pacaran sebelum lulus kuliah. “Baru masuk kuliah aja sudah pacaran, mau jadi apa kamu besok?” kata bapaknya.
Aku menerima keputusannya. Mencoba hadapi semua ini dengan lapang dada. Tapi, aku tak bisa membohongi rasa ini, begitu besar rasa cintaku padanya karena dia yang pertama menghidupkan naluriku untuk membuka pintu hati pada seorang cowo. Dan dia juga yang telah mematahkan sayap cinta ini untuk menutup semua kenangan yang sudah kita bangun bersama. Telah banyak kenangan yang kita bangun selama cinta kita bersatu. Dan sungguh sulit bagiku untuk mengubur dalam-dalam kenangan ini. Sakit, sakit hati yang pertama dan kuharap ini yang terakhir. Benar apa kata orang. Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati. Kalau sakit gigi masih ada obatnya dan mudah kita mendapatkannya, tapi kalau  sakit hati apa obatnya? Move on kah? Mungkin. Mungkin ini cara yang tepat untuk mengobati sakit hati. Tapi, untuk  seorang cewe yang benar-benar tulus menyayangi kekasihnya cukup sulit untuk move on. Bukan hal yang mudah. Butuh proses. Seperti yang aku alami saat ini. Aku lelah memikirkannya. Kau yang tak pernah lagi memikirkanku dan aku di sini yang selalu memikirkanmu. Cintaku sungguh bertepuk sebelah tangan.Tak tahu harus berbuat apa lagi tuk melupakannya.  Aku tak sanggup. Sungguh kutak sanggup meluruhkan rasa cintaku padanya. Dia yang pertama bagiku. Apakah Kau ingat saat kita pertama kali bertemu, kau ajakku berkenalan dan aku yang menanggapinya dengan malu-malu. Itu aku yang dua tahun lalu. Bukan saat ini yang tampil dengan wajah penuh jerawat dan kamu tak menyukainya ya kan? Makannya kamu memilih cara yang baik untuk memutuskanku, iya kan aku tahu karena aku tahu kamu. Jangan bohong.
Sudahlah, itu masa lalu yang seharusnya kukenang saja. Lagian sekarang dia juga sudah menemukan tambatan hatinya yang lebih dariku. Dan lebih dekat dengannya karena mereka dalam satu jurusan. Tidak seperti aku, anak fakultas lain. Tahukah kamu, hatiku kecewa ketika kamu menambahkan hubungan di fb mu. Kau berpacaran dengannya, berfoto berdua dengan wajah ceria dan penuh kebahagiaan. Aku tahu kamu bahagia, tapi kamu tidak tahu bagaimana perasaanku. Sedih banget. Kamu bahagia di tengah kesedihanku. Hatiku hancur berkeping-keping, seolah tak tahu lagi kemana jalan yang hendak kutuju. Kuliahku masih jauh, empat tahun lagi. Di tahun awal ini kuharus merasakan betapa rasanya sakit hati yang belum  pernah aku rasakan sebelumnya. Malam ini aku benar-benar kangen dengan sosoknya dan panggilan sayang darinya. Aku merindukan sosoknya yang dulu menyayangiku dan menerima kepolosanku. Berilah ketabahan untuk hamba-Mu ini ya Robb.
                                                                                                           
Nayla As-Shilfi

Catatan Deary Nayla di malam sepi. Derasnya hujan di malam itu seperti derasnya tangisannya yang kembali mengingat kekasihnya di masa lalu. Beribu kisah yang harus ia jadikan kenangan. Halaman rumahpun tak sanggup lagi untuk mengubur semua kenangan yang telah mereka bangun. Sungguh memilukan. Ikatan cinta yang telah lama mereka pertahankan harus berakhir dalam patahnya sayap cinta diantara keduanya. Matanya penuh dengan air mata sembari mengingat kenangan lalu. Kenangan saat pertama bertemu, berdekatan dan akhirnya merintis sebuah kesepakatan untuk saling menjaga hati.
“Dulu, kalau aku lagi sedih pasti kamu tahu. Waktu aku nangis karena sesuatu hal pasti kamu tahu. Kamu tak akan biarkanku sedih sementara kamu bahagia. Aku kangen kamu” Ungkap dia sambil memegang foto mantannya yang kebetulan masih dia simpan di dompetnya.
“ Kamu tahu, saat ini jiwa dan raga ini sedang menangis mengingat kenangan semasa kita bersama dulu. Apakah kau juga merasakannya sekarang? “
Tangisannya semakin deras dan tak segan-segan terjatuh dalam foto mantannya. Begitu besar cintanya pada si dia. Riko nama mantannya. Begitu sulit tuk melupakan kenangannya dulu. Mungkin bagi si riko mudah untuk melupakan kenangan ini. Tapi  tidak dengannya, mungkin karena cewe itu memiliki perasaan yang lebih besar daripada seorang cowo. Begitupun untuk melupakan cowo. Cewe cenderung berpikir menggunakan perasaan mereka, beda dengan cowo yang lebih menggunakan logika untuk memikirkan sesuatu.

Kehidupannya tak secerah dulu ketika dia bersama Riko. Waktu memang selalu berputar. Kadang di atas dan kadang pula di bawah. Waktu pula tak akan pernah berhenti sampai kapanpun, terus berjalan layaknya sungai yang mengalir. Dulu, kisah cintanya begitu romantis dan menjadi motivasi para remaja. Namun saat ini tak ada yang bisa dikatakan lagi, semua telah berbeda. 

No comments:

Post a Comment

KONEKSI ANTAR MATERI KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1

  Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang sangat pantas mendapatkan julukan sebagai Bapak Pendidikan. Beliau tidak pernah merasa putus asa u...