BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak-anak
berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam
jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada
umumnya. Keadaan inilah yang menuntut adanya penyesuaian dalam pemberian
layanan pendidikan yang dibutuhkan. Anak berkebutuhan khusus menurut Geniofam
(2010 : 11) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak
pada umumnya tanpa selau menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau
fisik.
Keragaman
yang terjadi, memang terkadang menyulitkan guru dalam upaya pemberian layanan
pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan
pemahaman mengenai cara memberikan layanan yang baik, maka akan dapat dilakukan
secara optimal.
Dalam
UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 51 juga menyatakan : “anak yang menyandang cacat fisik dan
mental diberikan kesempatan yang sama dan akses untuk memperoleh pendidikan
biasa dan pendidikan luar biasa”. Menurut UU No.44 tahun 1997 tentang
penyandang cacat, pasal 5 menyatakan : “setiap penyandang cacat mempunyai dan
kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.” Untuk
peningkatan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus Kementerian
Pendidikan Nasional melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB)
memiliki kebijakan sendiri dalam mengelompokkan anak berkebutuhan khusus.
Berdasarkan
uraian di atas dan informasi yang diperoleh dari buku, maka penulis
berinisiatif melakukan observasi ke sekolah luar biasa guna mendapatkan
informasi yang benar-benar sesuai dengan keadaan di lapangan, tidak hanya
sebatas teori saja. Oleh karena itu, dalam laporan hasil obeservasi ini akan
disajikan berbagai informasi yang diperoleh selama observasi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Apa
saja jenis-jenis ketunaan yang terdapat di SLB Negeri Kota Tegal?
2. Bagaimana
peranan guru di SLB Negeri Kota Tegal?
3. Apa
saja jenis layanan yang diberikan di SLB Negeri Kota Tegal?
4. Bagaimana
asesmen yang dilakukan di SLB Negeri Kota Tegal?
5. Bagaimana
kurikulum yang dilaksanakan di SLB Negeri Kota Tegal?
6. Bagaimana
cara menghadapi anak berkebutuhan khusus?
7. Apakah
kendala yang dialami guru dan lembaga dalam menghadapi anak berkebutuhan
khusus?
8. Bagaimana
pelaksanaan pembelajaran di kelas BD 4 SLB Negeri Kota Tegal?
C. Tujuan Kegiatan
Kegiatan
“Observasi Layanan pada Anak Berkebutuhan Khusus di SLB Negeri Kota Tegal” ini
bertujuan untuk :
1.
Mengetahui
jenis-jenis ketunaan yang terdapat di SLB Negeri Kota Tegal.
2.
Mengetahui peran
guru di SLB Negeri Kota Tegal.
3.
Mengetahui
jenis-jenis layanan yang diberikan di SLB Negeri Kota Tegal.
4.
Mengetahui
asesmen yang dilakukan di SLB Negeri Kota Tegal.
5.
Mengetahui
pelaksanaan pendidikan dan kurikulum yang dilaksanakan di SLB Kota Tegal.
6.
Mengetahui cara
menghadapi anak berkebutuhan khusus.
7.
Mengetahui
kendala yang dialami guru dan lembaga dalam menangani anak berkebutuhan khusus.
8.
Mengetahui
pelaksanaan pembelajaran di kelas BD 4 SLB Kota Tegal.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. Hakikat Sekolah Luar
Biasa
SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya,
penyelenggaraan sekolah mulai dari
tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah
dengan satu kepala sekolah. Pada
awalnya penyelenggaraan sekolah dalam bentuk unit ini berkembang
sesuai dengan kelainan yang ada
(satu kelainan saja), sehingga ada SLB
untuk tunanetra (SLB-A), SLB untuk
tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB untuk tunadaksa
(SLB-D), dan SLB untuk tunalaras (SLB-E). Di setiap SLB tersebut
ada tingkat persiapan, tingkat
dasar, dan tingkat lanjut. Sistem pengajarannya
lebih mengarah ke sistem individualisasi.
Selain, ada SLB yang
hanya mendidik satu kelainan
saja, ada pula SLB yang mendidik lebih dari satu kelainan, sehingga muncul SLB-BC yaitu SLB untuk anak tunarungu dan tunagrahita;
SLB-ABCD, yaitu SLB untuk anak
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan
tunadaksa. Hal ini terjadi karena
jumlah anak yang ada di unit
tersebut sedikit dan fasilitas sekolah terbatas.
Sekolah Dasar Luar Biasa
Dalam
rangka menuntaskan kesempatan belajar
bagi anak berkebutuhan khusus, pemerintah mulai Pelita II menyelenggarakan
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Di SDLB
merupakan unit sekolah yang
terdiri dari berbagai kelainan yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat anak tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, dan tunadaksa. Tenaga
kependidikan di SDLB terdiri dari kepala sekolah, guru untuk anak tunanetra,
guru untuk anak tunarungu, guru untuk anak tunagrahita, guru untuk anak
tunadaksa, guru agama, dan guru
olahraga. Selain tenaga kependidikan, di SDLB dilengkapi dengan tenaga
ahli yang berkaitan dengan kelainan
mereka antara lain dokter umum, dokter spesialis, fisiotherapis, psikolog,
speech therapist, audiolog. Selain itu ada
tenaga administrasi dan penjaga sekolah. Kurikulum yang digunakan
di SDLB adalah kurikulum yang digunakan
di SLB untuk tingkat dasar yang
disesuikan dengan kekhususannya.
Kegiatan belajar dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal
sesuai dengan ketunaan masing-masing. Pendekatan yang dipakai juga lebih ke pendekatan individualisasi.
Selain kegiatan pembelajaran, dalam rangka rehabilitasi di SDLB juga diselenggarakan pelayanan khusus sesuai dengan ketunaan anak.
Anak
tunanetra memperoleh latihan menulis dan membaca braille dan orientasi
mobilitas, anak tunarungu memperoleh latihan membaca ujaran, komunikasi total,
bina persepsi bunyi dan irama, anak
tudagrahita memperoleh layanan mengurus diri sendiri; dan anak tunadaksa
memperoleh layanan fisioterapi dan latihan koordinasi motorik. Lama pendidikan
di SDLB sama dengan lama pendidikan di SLB konvensional
untuk tingka dasar, yaitu anak
tunanetra, tunagrahita, dan tunadaksa
selama 6 tahun, dan untuk anak tunarungu
8 tahun. Sejalan dengan perbaikan sistem perundangan di RI, yaitu UU RI No. 2
tahun 1989 dan PP No. 72 tahun 1991,
dalam pasal 4 PP No. 72 tahun 1991 satuan pendidikan luar biasa terdiri
dari:
a) Sekolah
Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan lama pendidikan
minimal 6 tahun
b) Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) minimal 3 tahun
c) Sekolah
Menengah Luar Biasa (SMLB) minimal 3 tahun.
B. Jenis Layanan
bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB
Bentuk
layanan bagi anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok
besar yaitu :
1.
Layanan Pendidikan Segregrasi
Sistem
layanan pendidikan segregasi adalah
sistem pendidikan yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal.
Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi maksudnya adalah
penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan
secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak
normal. Dengan kata lain anak
berkebutuhan khusus diberikan layanan
pendidikan pada lembaga pendidikan khusus
untuk anak berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa. Adanya kelainan
fungsi tertentu pada anak
berkebutuhan khusus memerlukan layanan
pendidikan dengan menggunakan
metode yang sesuai dengan kebutuhan
khusus mereka.
Misalnya,
untuk anak tunanetra, mereka memerlukan layanan khusus berupa
braille, orientasi mobilitas.
Anak tunarungu memerlukan komunikasi
total, binapersepsi bunyi; anak tunadaksa
memerlukan layanan mobilisasi dan aksesibilitas, dan layanan terapi
untuk mendukung fungsi fisiknya. Ada
empat bentuk penyelenggaraan
pendidikan dengan sistem segregasi, yaitu:
a. Sekolah
Luar Biasa (SLB)
b. Sekolah
Luar Biasa Berasrama
c. Kelas
Jauh/Kelas Kunjung
d. Sekolah
Dasar Luar Biasa
2.
Bentuk Layanan
Pendidikan Terpadu/Integrasi
Bentuk layanan pendidikan
terpadu/integrasi adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
anak berkebutuhan khusus untuk belajar
bersama-sama dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Dengan demikian, melalui
sistem integrasi anak berkebutuhan khusus bersama-sama dengan anaknormal belajar dalam satu atap. Sistem pendidikan
integrasi disebut juga sistem pendidikan
terpadu, yaitu sistem pendidikan yang
membawa anak berkebutuhan khusus kepada suasana keterpaduan dengan anak normal.
Keterpaduan tersebut dapat bersifat
menyeluruh, sebagaian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi.
Pada sistem keterpaduan secara
penuh dan sebagaian, jumlah anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas
maksimal 10 % dari jumlah siswa keseluruhan. Selain itu dalam satu kelas hanya
ada satu jenis kelainan. Hal ini
untuk menjaga agar beban guru kelas
tidak terlalu berat, dibanding jika guru
harus melayani berbagai macam kelainan. Untuk membantu kesulitan yang dialami
oleh anak berkebutuhan khusus, di
sekolah terpadu disediakan Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat berfungi sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala
sekolah, atau anak berkebutuhan khusus
itu sendiri. Selain itu, GPK juga berfungsi sebagai pembimbing di ruang
bimbingan khusus atau guru kelas pada
kelas khusus. Ada tiga bentuk
keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986).
Ketiga bentuk tersebut adalah:
a. Bentuk
Kelas Biasa
b. Kelas
Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
c. Bentuk
Kelas Khusus
C. Jenis-jenis Anak
Berkebutuhan Khusus
Geniofam
(2010), dalam bukunya yang berjudul Mengasuh dan Mensukseskan Anak
Berkebutuhan Khusus, menjelaska ada jenis anak berkebutuhan khusus ada
beberapa, diantaranya tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, tuna
laras, autis dan down syndrom.
Tuna
Netra
Adalah anak yang memiliki ketajaman penglihatan
20/200 atau kurang pada mata yang baik, walaupun dengan memakai kacamata, atau
yang daerah penglihatannya sempit sedemikian kecil sehingga yang terbesar jarak
sudutnya tiddak lebih dari 20 derajat. Tuna netra dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Buta total
Apabila anak tidak dapat melihat dua jari di mukanya atau hanya melihat cahaya
yang lumayan bisa dipergunakan untuk orientasi mobilitas.
2.
Kurang penglihatan adalah anak yang bila melihat sesuatu mata harus
didekatkan atau dijauhkan dari objek yang dilihatnya, atau mereka yang memiliki
pandangan kabur ketika melihat objek.
Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan
adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang
dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena
tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran
menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran
kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah
penggunaan tulisan braille, gambar
timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah perekam
suara dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra
beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan
Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana
tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat
khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).
Tuna rungu
Adalah mereka yang memiliki hambatan
perkembangan indera pendengar. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat
gangguan pendengaran adalah:
1.
Gangguan
pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2.
Gangguan
pendengaran ringan(41-55dB),
3.
Gangguan
pendengaran sedang(56-70dB),
4.
Gangguan
pendengaran berat(71-90dB),
5.
Gangguan pendengaran
ekstrem/tuli(di atas 91dB).
Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa
isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan
untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah
sedang dikembangkan komunikasi total yaitu
cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa
tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari
sesuatu yang abstrak.
Tuna Daksa
Tunadaksa
adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur
tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fisik
tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki
keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu
memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol
gerakan fisik.
Tuna grahita
Sebagai
kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84
ke bawah dan muncul sebelum usia 16 tahun. klasifikasi tunagrahita
berdasarkan pada tingkatan IQ.
1.
Tunagrahita
ringan (IQ : 51-70),
2.
Tunagrahita
sedang (IQ : 36-51),
3.
Tunagrahita
berat (IQ : 20-35),
4.
Tunagrahita
sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita
lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
Tuna Laras
Adalah anak yang mengalami gangguan emosi dan
perilaku. Secara fisik tidak berbeda mencolok daripada anak yang normal.
Umumnya anak tuna laras berperilaku aneh. Individu tunalaras
biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor
internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
Autis
Autis secara harfiah berasal dari bahasa Yunani, auto
yang artinya sendiri. Hal ini dilatar belakangi oleh kenyataan bahwa anak autis
pada umumnya hidup dengan dunianya sendiri, menikmati kesendirian dan tidak
respon dengan orang-orang di sekitar.
Down syndrom
Dulu dikenal dengan mongoloid karena
penderitanya mempunyai gejala klinik yang khas yaitu seperti bangsa mongol
dengan mata yang sipit membujur ke atas. Mongolia diganti dengan Down
Syndrom yaitu anak yang memiliki jumlah kromosom 47 sementara pada anak
normal jumlah kromosomnya 46. Penambahan kromosom terjadi pada kromosom 21
sehingga kromosom 21 jumlahnya menjadi 3. Nama lain penyakit ini adalah trisomi
21.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Ketunaan yang terdapat di SLB Negeri
Kota Tegal
a.
Tuna
grahita
ü Ada
tingkatan kemampuannya, IQ mereka di bawah batas normal, dan digolongkan dengan
tingkat kemampuan mereka, di sini terdapat tiga jenis kemampuan yaitu mampu
didik, mampu latih dan mamapu rawat. Dalam SLB ini, tuna grahita digabung
dengan anak autis.
ü Tidak
ada istilah tinggal kelas untuk tuna grahita karena kalau ada tinggal kelas,
pasti mereka akan selalu statis pada kelas itu. Sudah takdirnya mereka memiliki
IQ yang rendah.
ü Mereka
pun tidak mungkin meneruskan pendidikannya di bangku perkuliahan. Jadi, pada
waktu SMP dan SMA mereka diajari keterampilan-keterampilan sesuai dengan bakat
yang mereka miliki. Untuk tingkat SMP 40% KBM digunakan untuk melatih
keterampilan mereka, sedangkan untuk SMA 80% KBM digunakan untuk pelajaran
keterampilan.
ü Mampu
didik lebih tinggi kemampuannya daripada mampu latih dan mampu rawat karena
mereka sudah bisa dididik dan mereka sudah mempunyai bekal berlatih dan
merawat.
ü Khusus untuk tuna grahita ujian soalnya dibuat dari propinsi bukan
nasional.
ü Bentuk
evaluasi pembelajarannya adalah lisan, tertulis, unjuk performansi/unjuk kerja.
b.
Down
Syndrom
Kromosom
21 mereka rusak, dilihat dari wajahnya mereka mirip satu sama lain dan sering
dikatakan penderita down syndrom ini sebagai anak berwajah mongol.
c.
Tuna
daksa : ada bagian dari tubuh mereka yang mengalai
kecacatan.
d.
Tuna
rungu wicara : mereka yang memikiki hambatan dalam hal
indera pendengaran dan pengucapan.
e.
Tuna
ganda :
satu orang memiliki kecacatan ganda. Misalnya; dia menderita tuna daksa dan
tuna grahita. Ketika terdapat anak yang memiliki dua ketunaan, maka pihak
sekolah menentukan dia dominannya pada tuna yang mana, hal ini karena akan
berpengaruh pada ujian mereka kelak.
f.
AUTIS
Dimasukkan dalam SLB C. Kenapa dimasukkan dalam SLB, tidak sekolah
normal saja? Karena kalau dimasukkan ke sekolah reguler kemampuan mereka di
bawah anak normal, tetapi kalau dimasukkan ke SLB, kemampuan mereka lebih
tinggi dari pada anak yang lain. Jadi kesimpulannya kemampuan mereka diantara
anak normal dan anak berkebutuhan khusus. Anak Autis menderita gangguan yang
menyeluruh (dari segi emosi, kognitif, psikomotorik, afektif).
Ingat “ AUTIS BUKANLAH PENYAKIT”
mendekati normal jika diterapi secara rutin dari kecil dan harus dijaga.
Tiga gangguan anak autis:
1.
Gangguan
komunikasi : mereka biasanya ngomong diulang-ulang, ada yang seperti burung
beo, bila berbicara tidak tahu maksudnya dan biasanya tidak ada ekspresi wajah.
2.
Gangguan emosi :
Mudah ngamuk. Dan jika kita menemui hal yang demikian, tenanglah, jangan banyak
bicara. Karena anak autis jika mendengar suara yang keras, auditornya banyak
terganggu.
3.
Gangguan
kognitif : anak autis tidak mudah nagmuk saat KBM, namun saat mereka malas
belajar, mereka memiliki trik sendiri untuk mengelabuhi gurunya.
Misalnya :
·
Autis yang sudah
pintar : biasanya mengucapkan “ Ibu sudah makan belum? Ibu sedikit berbeda hari
ini?
Tujuannya adalah
menunda kegiatan belajar mengajar di kelas.
·
Autis yang masih
dasar: sikapnya sedikit berbeda dan cenderung diam.
Cara mendeteksi anak
autis :
1. Umumnya
mudah diketahui ketika mereka berumur 1,5 – 2 tahun
2. Kontak
mata dengan orang lain kurang dari 1 atau 2 detik.
3. Tidak
bisa bermain sandiwara
4. Merespon
atau tidak kalau dipanggil
5. Lebih
senang dengan benda mati
6. Umur
3 bulan juga bisa diketahui yaitu cuek atau tidak dengan ibunya dan orang
sekitarnya.
B. Peran Guru di SLB Negeri Kota Tegal
Peran
guru kelas di SLB adalah mendidik dan membimbing siswa sehingga siswa menjadi
mandiri dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan di sekitarnya. Di SLB dalam
setiap kelas hanya ada satu Guru yaitu Guru Kelas. Bentuk layanan yang
diberikan oleh guru pada siswa adalah secara individual dan klasikal tergantung
pada materi yang diberikan.
Perbedaan antara guru di SLB dan
Guru Sekolah Biasa
Guru SLB
|
Guru Sekolah
Biasa
|
Pendekatan
yang dilakukan oleh guru adalah secara individual. One by one sesuai dengan
karakteristik setiap siswa. Dalam pemberian materipun secara individual.
|
Pendekatan
yang dilakukan pada umumnya secara klasikal, materi yang diberikan pun
klasikal.
|
Perbedaan SLB dengan Sekolah Biasa
No
|
SLB
|
Sekolah Biasa
|
1
|
Semua
jenjang tematik
|
Hanya
kelas 1 -3
|
2
|
Alokasi
waktu 30 menit/JP (jenjang SD)
|
Alokasi
waktu 35 menit / JP
|
3
|
Pembelajarannya
Individual
|
Pembelajarannya
klasikal
|
4
|
Ada
program khusus (OM, BKPBI, Bina Diri, Bina Gerak, Bina Sosial)
|
Tidak
ada program khusus, hanya MULOK
|
5
|
Pada
jenjang SMP dan SMA LB kurikulum keterampilan lebih banyak
|
Terfokus
pada mata pelajaran
|
C. Jenis-jenis Layanan yang diberikan di SLB Negeri
Kota Tegal
1.
Layanan
Pendidikan
a.
Mata
pelajaran
Mata
pelajaran yang terdapat di SLB Negeri Kota Tegal antara lain:
1.
Agama
2.
PKN
3.
Bahasa Indonesia
4.
IPA
5.
IPS
6.
Matematika
7.
Penjas
8.
MULOK (Bahasa
Jawa)
9.
SBK
10.
Bahasa Inggris
(SMP, SMA LB)
11.
TIK (SMP, SMA
LB)
12.
Keterampilan
13.
Mapel khusus sesuai
dengan ketunaannya
Mapel sama dengan sekolah pada umumnya,
tetapi ada mata pelajaran khusus yang diberikan. Misalnya:
-
Tuna netra :
diberikan OM ( Orientasi Mobilitas), misalnya cara belajar sendiri.
-
Tuna rungu
wicara : Artikulasi dan persepsi suara
-
Tuna grahita :
Bina diri
-
Tuna Daksa :
Bina Gerak
b.
Buku
pelajaran
Menggunakan buku khusus untuk SLB (seperti buku Braille,
dll).
c.
Alat
Peraga sebagai Alat bantu bagi ABK
Tergantung pada materi yang diajarakan
pada siswa. Contoh kartu gambar, jam dinding, bentuk-bentuk geometri, kartu
angka, dll.
d.
Ekstrakurikuler
SLB
memiliki ekstrakurikuler khusus untuk siswanya.
Jenis
ekstrakurikulernya adalah :
a)
Seni Tari
b)
Pramuka
c)
Pantomim
d)
Seni Musik
Tujuannya:
a)
Melatih
keberanian/ rasa percaya diri
b) Mengembangkan
bakat/ potensi siswa agar dapat berkembang dengan baik.
c) Melatih
motorik kasar dan halus siswa
e.
Sistem
administrasi di SLB Negeri Kota Tegal
·
Ada bantuan dana BOS dan tidak ada tambahan
biaya dikarenakan sudah mendapatkan dana BOS.
· Cara
masuk ke SLB : Mendaftar dengan membawa surat hasil psikotes dari RSUD Kardinah
serta persyaratan lainnya.
· Kriteria
siswa : Tidak ada kriteria apapun, namun yang lebih diperhatikan adalah kuota
untuk jumlah siswanya dikarenakan terbatasnya SDM yang mengajar dan ruang
kelas.
· Latar
belakang keluarga : Latar belakang ortu beragam. Mayoritas dari keluarga
ekonomi menengah ke bawah.
f.
Sistem
Penilaian
Pada dasarnya sama dengan sekolah umum/reguler, kami
mengadakan formatif, UTS, UKK, dll. Penilaian disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Antara siswa satu dengan siswa lainnya tujuan yang dicapainya
berbeda.
2.
Layanan
Klinis
· Bentuk
layanan klinis yang diberikan di SLB adalah dengan pemberian imunisasi,
pemeriksaan gigi dan telinga, penimbangan berat badan. Pihak yang mengadakan
layanan klinis adalah PUSKESMAS terdekat yaitu Puskesmas Tegal Timur.
· Pihak
SLB menjalin kerjasama dengan puskesmas
dalam pemberian layanan klinis, hal ini dilakukan secara teratur setiap satu
tahun dua kali.
· Tujuannnya
adalah mencegah penyakit dan memberikan kekebalan tubuh anak sedini mungkin,
siswa selalu dalam kondisi sehat sehingga siswa dapat menerima materi dengan
baik serta dia dapat datang ke sekolah setiap hari.
3.
Layanan
Psikologis
Pelayanan
psikologis dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan anak, tidak terjadwal. Jika siswa
atau orangtua memerlukan layanan maka kami siap memberikan layanan tersebut
(Kondisional). Pihak yang memberikan layanan tersebut adalah psikolog,
kami mempunyai dua guru yang lulusan Psikolog.
D. Asesmen yang dilakukan di SLB Negeri Kota Tegal
Asesmen yang dilakukan di SLB Negeri Kota Tegal
dalam hal penerimaan murid baru yaitu dengan melihat kemampuan anak dalam
bidang akademik.
Sebelum penerimaan, bakal calon siswa dites terlebih
dahulu. Misalnya :
·
Tes motorik
halus : bisa tidak mereka memakai sepatu, memegang pensil
·
Tes motorik
kasar : bisa gak dia berditi atau duduk
Tes tersebut
bukan menjadi patokan diterima tidaknya murid, melainkan digunakan sebagai
pemetaan saja sejauh mana kemampuan anak. Akan tetapi, yang menjadi
pertimbangan utama adalah kemandirian mereka.
E. Kurikulum di SLB Negeri Kota Tegal
Kurikulum
yang digunakan di SLB adalah KTSP. Kurikulum di SLB pada dasarnya sama dengan
SD umum, akan tetapi mengalami adaptasi terhadap kemampuan anak.
Bicara
tentang penerapan kurikulum 2013, pada tahun ini SLB Negeri Kota Tegal belum
menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum tersebut baru akan digunakan pada tahun
2014. Perbedaan penerapan KTSP dengan Kurikulum 2013 yang hendak diterpkan pada
tahun 2014 adalah saat ini C dibagi menjadi CI dan C, namun untuk tahun
mendatang dijadikan satu dan hanya ada C. Jadi, hanya ada A, B, C dan autis.
Untuk tuna laras akan ada kelas khusus tersendiri.
SLB C : mampu didik
SLB
CI : mampu latih, diajarkan agar bisa mandiri
Tuna
netra : dalam seminggu harus ada OM
Autis
: setiap hari ada latihan khusus (afektif, kognitif dan psikomotorik)
F.
Cara
Menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus
Cara meredam emosi ABK
· Kita
harus mengetahui dahulu apa pemicu yang menjadi anak tantrum
· Kita
harus mengetahui karakteristik dari siswa yang tantrum
· Kita
lakukan dengan hati dan kasih sayang
Kiat-kiat
untuk menghadapi ABK
·
Dengan memahami
tentang psikologi anak dan karakteristik dari setiap siswa maka insya Allah
kita tidak akan memiliki emosi yang tinggi terhadap anak. Kita menyadari bahwa
memang anak kita adalah anak yang unik. Kita ciptakan emosi/ikatan batin yang
baik dengan siswa.
·
Diselingi dengan
permainan yang menyenangkan hati.
·
Disesuaikan
dengan kemampuan dan karakteristik siswa.
·
Mengajak siswa
bersosialisasi dengan lingkungan luar
Jenis
sosialisasi di luar lingkungan sekolah yang biasa dilakukan adalah membawa anak
jalan-jalan untuk mengenal lingkungan seperti ke kantor polisi, kelurahan,
mall, pantai, puskesmas.
G. Kendala yang dialami Guru dan Lembaga dalam
menghadapi ABK
Kendala yang dialami guru
1.
Anak belum bisa
patuh dan dududk dengan tenang, memori siswa yang terbatas untuk menangkap
materi.
2.
Kesulitan untuk
mengontrol emosi dan tingkah laku siswa ketika di kelas terutama pada kelas
yang muridnya lebih dari lima siswa.
Kendala yang dialami lembaga
Kendala
yang dialami lembaga karena menaungi berbagai tingkatan pendidikan (SD,
SMP,SMA) adalah kesulitan dalam membagi waktu ketika ada rapat
kepala sekolah yang waktunya bersamaan. Sehingga pihak SLB harus membagi dengan koordinator tiap jenjang,
tetapi untuk soal – soal tertentu tidak dapat diwakilkan sehingga kami harus
menundanya, dengan resiko kami pasti terlambat dibandingan dengan sekolah
lainnya.
H.
Hasil Observasi
Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas BD 4 SLB
Negeri Kota Tegal
1. Kelas BD 4
Kelas
BD 4 merupakan salah satu kelas 4 di SLB Negeri Kota Tegal yang menaungi anak
tuna rungu wicara tingkat dasar. Wali kelasnya bernama Bapak Bambang Rustanto.
Jumlah murid dalam kelas BD 4 ada 3
siswa. Namun, pada saat kami melakukan observasi hanya ada 1 siswa yang
berangkat. Dari pernyataan beliau 2 anak yang lain sudah hampir sebulan tidak
masuk sekolah dikarenakan sakit.
2. Tentang murid beliau
Namanya feri. Tempat tinggalnya di kelurahan Randu Gunting, Kota
Tegal. Dia berangkat ke sekolah diantar oleh orang tuanya. Dahulu sebelum masuk
SLB Negeri Kota Tegal dia sekolah di SD Normal, namun karena semakin lama
semakin tertinggal oleh anak-anak normal lainnya, akhirnya dia pindah ke SLB
dan langsung menempati kelas IV. Padahal
kemampuannya melakukan perhitungan Matematika belum optimal. Ketika dia
mengerjakan tugas, selalu memerlukan tuntunan gurunya. Setiap kali hendak
mengerjakan soal, dia selalu memanggil gurunya untuk menuntunnya dia
menggunakan bahasa isyarat dan kadang menggunakan kata-kata untuk memanggil
sang guru namun sulit diterjemahkan menggunakan bahasa orang normal.
Pak
Bambang mengatakan bahwa seharusnya Feri dimasukkan ke kelas I bukan kelas BD 4
, namun karena diperbolehkan oleh pihak yang berwenang apa boleh buat. Menurut
penuturan beliau, kemampuan Feri itu lebih rendah dari kedua muridnya yang
lain. Harus dijelaskan berulang-ulang dan dituntun agar dia mau mengerjakan
soalnya. Memang ada sedikit unsur malas dan membutuhkan banyak perhatian.
Namun, jika dimanjakan terus akan semakin sulit melatih kemandiriannya.
3. Mata pelajaran di kelas BD 4
Mata
pelajaran di kelas BD 4 sama dengan sekolah dasar pada umumnya. Namun, dalam
sela-sela jam efektif di kelas diluangkan waktu untuk mengajarkan SIBI ( Sistem Isyarat Bahasa Indonesia). Pengetahuan SIBI diajarkan kepada mereka agar
terjalin komunikasi yang baik antara guru dengan siswanya. Untuk mata pelajaran
matematika, Feri masih sering mengalami kesulitan dalam melakukan perhitungan
matematika baik pengurangan dan
penambahan. Bahkan, Feri juga kadang lupa dengan angka yang seharusnya
dia tuliskan. Sehingga Pak Bambang membuat siasat dengan menggunakan media
berupa angka-angka yang ditulis di kertas manila kuning. Pada saat kami melakukan
observasi, Pak Bambang sedang mengajarkan materi pengurangan dan penambahan
pecahan. Media yang digunakan antara lain:
ü Papan
angka dari kertas manila kuning
Tujuan
dituliskannnya angaka dalam pepan kertas itu yaitu untuk mengingatkan ingatan
mereka mengenai angka yang seharusnya dia tulis. Media ini digabung dengan menggunakan media
batu kerikil kecil. Jadi, batu kerikilnya digunakan untuk mempermudah perhitungan
matematika.
Contoh untuk soal pecahan dan cara
mengerjakan yang diakukan oleh Feri:


Cara
pengerjaan :
III
II I = 4
Memang hasilnya benar. Akan tetapi gurunya
mengatakan bahwa cara yang diajarkan beliau salah, tetapi disesuaikan dengan
tingkat kognitif anak. Perlu ditekankan lagi, anak-anak di SLB benar-benar
khusus dan cara ini praktis bagi anak kelas tinggi.
ü Untuk mata pelajaran yang lain,
seperti IPA, IPS
Guru menuliskan materi di papan tulis. Nmaun,
bukan seperti mengajarkan IPA dan IPS pada anak normal, pada kelas BD 4, mata
pelajaran IPA dan IPS, guru seperti mengajarkan mereka untuk menulis. Kemampuan/IQ
anak tidak sampai dan tidak akan bertemu antara materi dengan kenyataan karena
pengertian konkret dalam diri mereka belum ada.
4.
Buku
Ada dua macam buku, yaitu buku guru dan
siswa. Buku di sini, bukan Buku paket seperti pada kurikulum
2013, akan tetapi berupa buku tulis. Jadi, murid menulis materi di buku mereka
sendiri beserta tugas-tugasnya. Jika sudah paham, guru memberikan tugas untuk
dikerjakan di sekolah menggunakan buku guru untuk mengukur tingkat kognitif
anak. Apakah mereka sudah paham atau belum. Kalau tugas yang diberikan guru
menggunakan buku siswa, bisa saja soal yang diberikan dikerjakan atau dibantu
oleh keluarganya di rumah.
5.
Fasilitas
penunjang ketunaan di kelas BD 4
Sebenarnya di
kelas BD IV sudah memiliki alat bantu mendengarkan/head ears, namun tidak digunakan. Karena keadaaan di sekitar
ruangan tidak memungkinkan. terlalu ramai. Sedangkan kita tahu sendiri jikalau
menggunakan alat itu keadaan ruangan dan sekitarnya harus sepi tanpa ada suara
yang bising.
6.
Pelaksaan
Pembelajaran
Pembelajaran berlangsung dengan
lancar. Murid aktif mengerjakan tugas dan mentaati perintah gurunya.
Pembelajaran selesai dalam waktu yang telah ditentukan. Namun, minat siswa
terhadap pembelajaran masih rendah masih labil tingkat keminatanya terhadap
pembelajaran. Komunikasi antara guru dengan siswa adalah menggunakan bahasa
isyarat, oral, gerakan bibir, jari dan gesture. Sedangkan penguatan yang
diberikan guru adalah pemberian acungan jempol dan senyuman dari Pak Bambang.
Pada saat kegiatan belajar mengajar, anak kurang aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, masih sangat tergantung pada tuntunan guru. Namun, kondisi kelasnya
tenang dan suasana belajar tenang menyenangkan. Karena seperti kita ketahui
mereka tuna rungu wicara. Jadi, kemungkinan untuk membuat keributan sedikit.
Apalagi muridnya hanya tiga orang dan sakit dua orang. Dalam Kegiatan
pembelajaran, siswa fokus, tugas dilaksanakan tetapi harus ada tuntunan dari
guru. Siswa selalu memanggil gurunya kalau guru tidak mendengarkan tugasnya pun
dilalaikan. Gerak gerik anak serius. Siswa mencatat apa yang diperintahkan oleh
guru. Bertanya dengan menggunakan bahasa isyarat ketika dia bingung dengan
tugas yang diberikan oleh guru.
BAB
IV
PENUTUP
A. Simpulan
SLB
merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu unit sekolah
dengan satu kepala sekolah. Sistem layanan pendidikan segregasi
adalah sistem pendidikan yang terpisah
dari sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui
sistem segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang
dilaksanakan secara khusus, dan terpisah
dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Bentuk layanan pendidikan
terpadu/integrasi adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
anak berkebutuhan khusus untuk belajar
bersama-sama dengan anak biasa
(normal) di sekolah umum.
Berdasarkan hasil observasi ke SLB
Negeri Kota Tegal, penulis memperoleh banyak ilmu yang bermanfaat, terutama
belajar dari anak berkebutuhan khusus untuk selalu mensyukuri anugerah yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kita mendapatkan informasi
penting mengenai anak berkebutuhan khusus secara langsung dari narasumber yang
dapat dipercaya dan mengamati pembelajaran di kelas. Pelayanan di SLB Negeri
Kota Tegal sudah cukup baik dan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh
setiap anak.
B. Saran
Sebagai calon pendidik, mahasiswa
harus paham dengan karakteristik anak yang akan diajar sehingga mampu
memberikan layanan terbaik sesuai apa yang mereka butuhkan. Tidak semua anak
terlahir dengan kondisi yang normal. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas guru
untuk bisa memaksimalkan potensi yang ada pada peserta didik apapun keadaan
yang dialami peserta didik.
DAFTAR
PUSTAKA
Anoname. 2014. Anak Berkebutuhan Khusus. http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus.
Diakses tanggal 7 Mei 2014.
Cristanto, Irfan. 2012. Jenis-jenis Anak
Berkebutuhan Khusus.
http://irfan-cristanto.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-abk-anak-berkebutuhan.html.
Diakses tanggal 7 Mei 2014.
Setyawan, Dona Agus. 2011. Bentuk Layanan Anak
Berkebutuhan Khusus. http://donaagussetiawan.blogspot.com/2011/09/bentuk-layanan-pendidikan-untuk-anak.html.
Diakses tanggal 7 Mei 2014.
Way, Lidya. 2011. Sekolah Luar Biasa. http://lidya-plb2011.blogspot.com/2011/10/apa-itu-pendidikan-luar-biasa.html.
Diakses tanggal 7 Mei 2014.
LAMPIRAN
1.
Instrumen kunjungan ke
SLB
No.
|
Pertanyaan utama
|
Pertanyaan
detail
|
1
|
Siswa
|
-
Di
SLB ini, ada berapa macam jenis tuna yang diderita siswa?
-
Apa
saja ?
-
Apakah
ada siswa di SLB ini yang berasal dari luar Kota Tegal?
|
2
|
Guru kelas
|
-
Bagaimana
peran guru kelas di SLB?
-
Bagaimana
peran guru kelas sebagai guru pendamping di SLB?
-
Apakah
bedanya dengan guru di sekolah biasa?
|
3
|
Guru kunjung
|
-
Guru
Kunjungnya dari mana?
-
Biasanya
mengunjungi SLB kapan?
-
Bimbingannya
dalam bentuk apa?
|
4
|
Buku khusus
|
-
Apakah
ada buku khusus untuk siswa belajar di SLB ini?
-
Wujudnya
seperti apa?
|
5
|
Bentuk layanan
|
-
Apa
saja bentuk layanan untuk anak ABK di SLB ini?
-
Bagaimana
bentuk pelayanannya?
|
6
|
Pelayanaan klinis
|
-
Bentuk
pelayanana klinisnya seperti apa?
-
Siapa
pihak yang mengadakan layanaan klinis tersebut?
-
Kapan
pelayanan klinis tersebut diberikan?
-
Tujuannya
untuk apa?
|
7
|
Pelayanan psikologis
|
-
Kapan
siswa mendpatkan pelayanan psikologis?
-
Dari
pihak mana yang mengadakan pelayanan tersebut?
|
8
|
Ekstrakurikuler
|
-
Apakah
ada ekstrakurikuler khusus untuk anak ?
-
Apa
saja jenis ekstrakurikulernya?
-
Tujuan
diadakannya ektrakurikuler ini untuk apa ?
|
9
|
Kurikulum
|
-
Kurikulum
apa yang digunakan di SLB ini?
-
Apakah
sama dengan kurikulum di SD biasa?
-
Sudahkah
ada berita akan diterapkannya kurilkulum 2013 untuk SLB?
|
10
|
Administrasi
|
-
Apakah
ada bantuan dana BOS?
-
Bagaimana
cara masuk ke SLB ini?
-
Kriteria
apa saja yang boleh masuk di SLB terkait?
-
Apakah
ada tambahan biaya lain?
-
Biayanya
untuk apa saja?
-
Bagaimana
latar belakang keluarga mereka? berasal dari keluarga yang tingakt ekonominya
bagaimana?
|
11
|
Mata pelajaran
|
-
Apakah
mata pelajaran di SLB sama dengan sekolah biasa?
-
Kalau
beda, mata pelajaran apa yang membedakan?
-
Apa
saja mata pelajarannya?
|
12
|
Orang tua
|
-
Apakah
kebanyakan alasan orang tua menyekolahkan anaknya di SLB?
|
13
|
Keberagaman siswa
|
-
Bagaimana
menghadapi anak berkebutuhan khusus?
-
Apakah
keluh kesah bapak/ibu ketika mengajari anak tersebut?
-
Apakah
kendala yang sering dihadapi ketika mengajarkan materi pelajaran di kelas?
-
Apakah
kiat-kiat untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus agar emosi kita sebagai
guru dapat terkendali?
|
2.
Instrumen kunjungan ke
SLB
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
Apakah
di SLB ini juga mengalami perubahan ke kurikulum 2013?
|
|
2
|
Perbedaan
yang menonjol antara kurikulum di SLB ini dengan di sekolah biasa?
|
|
3
|
Bagaimana
cara meredam emosi ABK?
|
|
4
|
Di
sekolah ini, ada berapa jumlah anak tuna grahita? Bagaimana cara pembagian
kelas di ABK?apakah setiap tipe dicampur atau dipisah?
|
|
5
|
Bagaimana
cara kita memandang masa depan ABK?
|
|
6
|
Kesulitan
apa yang dialami lembaga karena menaungi berbagai tingkatan pendidikan (SD,
SMP,SMA)?
|
|
7
|
Apakah
kiat-kiat untuk menghadapi ABK agar emosi kita sebagai guru dapat terkendali?
|
|
8
|
Bantuk
layanan klinisnya seperti apa? Siapa pihak yang mengadakana layanan klinis
tersebut?kapan pelayanan klinis tersebut diberikan?
|
|
9
|
Kapan
siswa mendapatkan pelayanan psikologis? Dari pihak mana yang mengadakan
pelayanan tersebut?
|
|
10
|
Apakah
ada ekstrakurikuler khusus untuk anak?
Apa
saja jenis ekstrakurikulernya?
Tujuan
diadakannya ekstrakurikuler ini untuk apa?
|
|
11
|
Bagaimana
sistem penilaian dalam SLB untuk ABK?
|
|
12
|
Apakah
ada asesmen yang mengacu pada tingakt motorik anak ABK?
Kalau
ada asesmen yang seperti apa yang dilakukan?
|
|
13
|
Bagaimana
cara pelaksanaan pemberian layanan pendidikan bagi ABK di sekolah ini?
|
|
14
|
Bagaimana
cara pelaksanaan pemberian layanan pendidikan bagi ABK di sekolah ini?
|
|
15
|
Apakah
SLB ini menggunakan alat peraga sebagai alat bantu bagi ABK yang kesulitan
dalam menangkap informasi? Alat peraga apa saja?
|
|
16
|
Apakah
SLB ini menerma semua jenis ABK?
|
|
17
|
Apa
saja pendekatan terapi yang sering digunakan untuk layanan pendidikan anak
tuna laras?
|
|
18
|
Pernahkah
siswa diajak bersosialisasi di luar lingkungan sekolah?
|
|
19
|
Apakah
tingakt kecerdasan pada anak ABK dapat disamakan dengan anak normal? Misalnya
tuna wicara?
|
|
20
|
Pada
ciri fungsi mental ABK tuna grahita yaitu sukar dalam mengungkapkan kembali
suatu ingatan. Dalam bentuk apakah guru memberikan evaluasi pembelajaran pada
anak tersebut?
|
|
3.
Lembar Observasi ke kelas BD 4
No.
|
Pengamatan
|
Ya
|
Tidak
|
Penjelasan
|
1
|
Guru
memodifikasi sarana dan prasarana olahraga
|
|
|
|
2
|
Model
pembelajaran dapat diamati dan diraba oleh anak
|
|
|
|
3
|
Guru
menggunakan model oral/ujaran/ manual dalam membelajarkan anak tuna rungu
|
|
|
|
4
|
Adanya
fasilitas bagi anak tuna rungu seperti audiometer, alat bantu dengan
audiovisual, taoe recorder, spatel atau cermin
|
|
|
|
6
|
Bagaimana
kondisi kelas pada saat KBM?
|
|
|
|
7
|
Adakah
penguatan yang diberikan oleh guru kepada siswa yang berani mengungkapkan
pendapatnya?
|
|
|
|
8
|
Apakah
ada umpan balik yang diberikan oleh guru?
|
|
|
|
4.
Lembar Observasi ke kelas BD 4
No
|
Objek yang Diamati
|
Skor
|
Keterangan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
Perhatian
siswa terhadap pembelajaran
a.
Siswa fokus perhatiannya
terhadp pembelajaran
b.
Melaksanakan tugas dengan
segera
c.
gerak-geriknya serius
|
|
|
|
|
|
2
|
Minat
siswa terhadap pelajaran
a.
Siswa tidak berhenti bekerja
b.
Wajah siswa berseri-seri
c.
Terlihat asyik mengerjakan
tugas
|
|
|
|
|
|
3
|
Aktivitas
siswa
a.
Kalau tidak jelas mau bertanya
b.
Segera menjawab ketika ditanya
c.
Mencatat hal-hal yang penting
|
|
|
|
|
|
4
|
Semangat
belajar
a.
Masuk ruangan dengan segera
b.
Kelihatan sibuk
|
|
|
|
|
|
5
|
Keadaan
pembelajaran tertib
a.
Kalau mau bertanya mengangkat
tangan
b.
Masing-masing siswa asyik
dengan tugasnya
|
|
|
|
|
|
DOKUMENTASI
terimakasih sangat berguna postingannya
ReplyDeletesaya mohon izin untuk menjadikan referensi.
semoga Allah membalas kebaikan kakak.. Amiiin..
aamiin... terimakasih sudah berkunjung d blog ku...
DeleteCERITA SUKSES SAYA NGURUS IJAZAH
ReplyDeleteAssalamualaikum saya bambang asal dari jawa timur sedikit saya ingin berbagi cerita masalah ijazah saya yang kemarin mulai dari SD sampai SMA saya hangus terbakar, tapi alhamdulillah untung saja ada salah satu keluarga saya yang bekerja di salah satu dinas kabupaten di wilayah jawa timur dia memberikan petunjuk cara mengurus ijazah saya yang hilang, dia memberikan no hp BPK DR SUTANTO S.H, M.A beliau selaku kepala biro umum di kantor kemendikbud pusat jakarta nomor hp beliau 0853-2174-0123, alhamdulillah beliau betul betul bisa ngurusin masalah ijazah saya, alhamdulillah setelah saya tlp beliau di nomor hp/WA 0853-2174-0123, saya di beri petunjuk untuk mempersiap'kan berkas yang di butuh'kan sama beliau dan hari itu juga saya langsun email berkas'nya dan saya juga langsun selesai'kan ADM'nya 50% dan sisa'nya langsun saya selesai'kan juga setelah ijazah saya sudah ke terima, alhamdulillah proses'nya sangat cepat hanya dalam 1 minggu berkas ijazah saya sudah ke terima.....alhamdulillah terima kasih kpd bpk DR SUTANTO S.H,M.A berkat bantuan bpk lamaran kerja saya sudah di terima, bagi saudara/i yang lagi bermasalah malah ijazah silah'kan hub beliau semoga beliau bisa bantu, dan ternyata juga beliau bisa bantu dengan menu di bawah ini wassalam.....
1. Beliau bisa membantu anda yang kesulitan :
– Ingin kuliah tapi gak ada waktu karena terbentur jam kerja
– Ijazah hilang, rusak, dicuri, kebakaran dan kecelakaan faktor lain, dll.
– Drop out takut dimarahin ortu
– IPK jelek, ingin dibagusin
– Biaya kuliah tinggi tapi ingin cepat kerja
– Ijazah ditahan perusahaan tetapi ingin pindah ke perusahaan lain
– Dll.
2. PRODUK KAMI
Semua ijazah DIPLOMA (D1,D2,D3) S/D
SARJANA (S1, S2)..
Hampir semua perguruan tinggi kami punya
data basenya.
UNIVERSITAS TARUMA NEGARA UNIVERSITAS MERCUBUANA
UNIVERSITAS GAJAH MADA UNIVERSITAS ATMA JAYA
UNIVERSITAS PANCASILA UNIVERSITAS MOETOPO
UNIVERSITAS TERBUKA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
UNIVERSITAS TRISAKTI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
UNIVERSITAS BUDI LIHUR ASMI
UNIVERSITAS ILMUKOMPUTER UNIVERSITAS DIPONOGORO
AKADEMI BAHASA ASING BINA SARANA INFORMATIKA
UPN VETERAN AKADEMI PARIWISATA INDONESIA
INSTITUT TEKHNOLOGI SERPONG STIE YPKP
STIE SUKABUMI YAI
ISTN STIE PERBANAS
LIA / TOEFEL STIMIK SWADHARMA
STIMIK UKRIDA
UNIVERSITAS NASIONAL UNIVERSITAS JAKARTA
UNIVERSITAS BUNG KARNO UNIVERSITAS PADJAJARAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH UNIVERSITAS BATAM
UNIVERSITAS SAHID DLL
3. DATA YANG DI BUTUHKAN
Persyaratan untuk ijazah :
1. Nama
2. Tempat & tgl lahir
3. foto ukuran 4 x 6 (bebas, rapi, dan usahakan berjas),semua data discan dan di email ke email kami.
4. IPK yang di inginkan
5. universitas yang di inginkan
6. Jurusan yang di inginkan
7. Tahun kelulusan yang di inginkan
8. Nama dan alamat lengkap, serta no. telphone untuk pengiriman dokumen
9. Semua data di kirim sesuai alamat kantor
10. Pembayaran lewat Transfer ke Rekening MANDIRI, BNI, BRI,
11. PENGIRIMAN Dokumen Via JNE
4. Biaya – Biaya
• SD = Rp. 1.500.000
• SMP = Rp. 2.500.000
• SMA = Rp. 3.000.000
• D3 = 6.000.000
• S1 = 7.500.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S2 = 12.000.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S3 / Doktoral Rp. 24.000.000
(kampus terkenal – wajib ikut kuliah beberapa bulan)
• D3 Kebidanan / keperawatan Rp. 8.500.000
(minimal sudah pernah kuliah di jurusan tersebut hingga semester 4)
• Pindah jurusan/profesi dari Bidan/Perawat ke Dokter. Rp. 32.000.000