Pupus
Sejuta kata telah kurangkai dalam barisan melodi
indah hanya untukmu. Kutulis sepucuk surat cinta yang mewakili sejuta kasih
asmara jiwaku. Kata-kata romantis dan penuh makna terukir di dalamnya.Kutitipkan
surat itu kepada sahabat penamu. Sehari, dua hari, seminggu dan sebulan belum
ada balasan. Tepat hari pertama di awal bulan, baru kau titipkan surat balasan
untukku. Betapa senangnya hati ini yang telah menunggu lama. Namun, rasa senangku hanya sesaat dan seketika berubah menjadi
kecewa, saat kubaca surat itu. Kau hanya menuliskan “ Tolong jangan ganggu
kehidupanku lagi, sudah ada hati yang harus aku jaga.”
Kakak
Kelas.
Berawal dari duduk sebangku waktu ujian
semesteran. Tiga hari pertama begitu cengang dan sepi rasanya. Tak ada
perbincangan sedikitpun yang terucap, seolah aku tak ada di sampingnya. Aku
tetap bertahan dengan sikapnya yang dingin. Hari keempat, dia memanggilku untuk
yang pertama kalinya. “ Dek, tolong panggilkan temenku itu ?’’ tercengang
kumendengarnya. Aku hanya mengangguk saja. Sejak saat itu, aku dan dia mulai
sering bantu membantu.
Hari terakhir ujian, dia bertanya sesuatu yang
di luar pikiranku.
“ Dek, boleh minta nomor hapemu?”
“Hah” Spontan kukatakan itu. Aku terdiam
setengah mati.
Parkiran
sepeda
Tempat yang menjadi saksi bisu cinta
terpendamku dan Galih. Tiap pagi, sebelum anak-anak yang lain sampai di
sekolah, dia sudah lebih dulu duduk di bangku panjang depan kelasnya. Entah apa
motifnya, yang jelas tiap kali kuparkir sepeda dia selalu menatapku tak
henti-hentinya. Senyuman manis menghiasi wajahnya yang penuh harapan. Aku
membalasnya dengan senyuman yang masih malu-malu kucing. Semakin berganti hari,
decak kagum padanya tak bisa kumusnahkan. Aku mulai mencari sosoknya saat dia
tak ada di bangku itu. m
PILU.
“ Apakah di kelas ini ada yang bernama
Andin?”Tanya guru BK.
“ Iya, pak saya Andin. Ada apa Pak?”
“ Kamu ikut bapak sekarang.” Nada suara guru
BK yang lumayan tinggi membuat jiwanya ketakutan. Ditambah gojakan teman
sekelasnya yang semakin melemahkan langkahnya menuju ruang BK.
“ Andin” Suara lemah lembut menghentikan
langkahnya di depan pintu ruangan.
“ Mamah” Ucap Andin pada sesosok wanita paruh
baya di kursi kayu ruang BK.
Keduanya saling menangis dan berpelukan
melepas kerinduan selama sepuluh tahun tak bertemu. Guru BK hanya terdiam dan
menatapnya penuh haru.
Malu.
“ Dita, tunggu. Aku mau ngomong sesuatu sama
kamu penting.” ucap farid dengan tergesa-gesa.
““ Aku tak punya waktu maaf. Aku buru-buru
soalnya. “ Balas Dita sembari melangkahkan kakinya ke tempat parkiran. Dia
sudah berpikiran kalau Farid akan mengungkapkan perasaan padanya.
“ Aku cuma mau ngomong kalau buku kita
ketuker tadi. “
Seketika wajah Dita pucat pasi menahan rasa
malunya.
Salah.
Di depan laboratorium IPA, Fajar sedang
mondar mandir ke sana ke mari dengan wajah galaunya. Sesekali dia jongkok lalu
berdiri lagi.
“ Bro, galau banget kelihatannya?” Sapa
Anggit.
“ iya” Fajar jongkok dengan menahan tubuhnya
di tembok laboratorium..
“ Ada apa ? Masalah dengan Nia lagi. Udah
cewe kaya dia gak usah diurusin. Masih banyak yang lebih baik darinya.” ucap
Anggit sembari meyakinkan Fajar.
“ Siapa juga yang mikirin Nia. Aku galau
karena dari tadi nyari sepatuku gak ketemu-ketemu. Jelas.”Tuturnya keras
Jadi
kamu
Setiap hari minggu pagi pasti nomor misterius
itu menelponku. Seperti teroris dunia maya. Dari suaranya terdengar jelas dia
itu cowo. Dia sangat mengetahui keseharianku.. Anehnya kalau hari-hari aktif
sekolah tak ada kabar sama sekali darinya. Siapa dia ? aku tak tahu.
Hubungan kami berjalan hingga sebulan penuh
dan aku masih belum mengetahui siapa dia. Hanya ada sebuah dugaan di benakku
kalau dia itu Agus temen sekelasku. Tapi, gak ada bukti. Sikapnya yang dingin di
kelas membuatku kebingungan. Hingga akhirnya, teman sebangkunya memberitahuku
kalau memang selama ini yang mendekatiku itu Agus. Bener dugaanku.
Surprise
Tak
ada angin tak ada hujan, tiba-tiba laboratorium TIK gelap gulita tanpa cahaya.
Suara jeritan teman-teman cewekku semakin mendarah daging. “ Mungkin ini hanya
mati listrik” Pikirku tenang. Aku berdiri dan berjalan mencari sedikit cahaya.
Dari arah belakang, ada seseorang yang menarik tanganku ke depan ruangan.
Kegelapan membuatku tak mempu mengenalinya. Kuberjalan mengikuti langkahnya.
Tepat di depan layar, dia menatapku , memegang erat tanganku dan seketika itu
pula projektor menyala. Nampak sebuah gambar hati dan tulisan bergoyang-goyang
di depan mataku. “ Nayla, maukah kau jadi kekasihku? Aku sayang kamu.”
Ucapannya yang sama persis dengan tulisan di layar.
You
Doni duduk sendirian di bangku pojok paling
belakang. Setiap harinya dia duduk termenung tanpa banyak kata-kata.
Kebiasaannya saat pelajaran adalah menggambar. Kami tak tahu karena dia tipe
orang yang sulit bergaul. Suatu ketika, Bu Feni, guru PKn memergokinya menggambar
pada saat pembelajarannya. Segera Bu Feni membawa Doni ke depan kelas dan
memperlihatkan gambar doni.
“ Seorang gadis berkerudung dengan lesung
pipit di pipi kanannya dan mirip sekali
dengan Desi, teman sekelasku juga.”
Saat ditanya oleh bu Feni, dia menjawab gambar itu
adalah jelmaan gadis pujaanku, Desi.
Desi tersipu malu dan menatap Doni dengan mata
berkaca-kaca penuh keharuan.
23
Angka yang membuatku trauma akan masa lalu yang begitu
menyakitkan. Di tanggal itu, kau ungkapkan sebuah hal yang tak sanggup
kumendengarnya.
“ Cukup sampai di sini saja kau mengharapkanku, aku
sudah menaruh hatiku pada cewe yang pantas menerimanya. Jangan kau terus begini
menahan perih yang tak ada akhirnya. “
Hanya butiran air mata yang bisa kuteteskan. Semua
telah berakhir, pupus sudah harapanku padanya. Nafasku berhembus menahan sesak
yang kurasakan. Tiga tahun kumengaharapkannya, namun, inilah balasannya, sakit
hati yang belum pernah kurasakan. Sejak saat itu, rasa ini seolah mati tak mampu mencintai cowo lagi.
Candisari
“Ingat gak, dua tahun lalu pertama kalinya
kita bertemu di tempat ini” ucap Danang pada Bintang.
“ Iya, aku inget, saat
kita berlomba memperjuangkan nama baik sekolah
dan kita belum saling kenal” balasnya.
“heheh, iya. Lucu ya.
Sulit disangka sekarang kita sudah pacaran”
“ hehehe, bener. Takdir
itu emang misterius, namun aku bahagia dengan takdir ini. “ ucap Bintang sambil
memakan cokelat.
“ Pinter juga ya sekarang.
Aku juga senang kita bisa bertemu lagi
di tempat ini dalam status yang beda. Aku yakin kau takdirku yang terindah. “
Ucapan Danang membuat
bintang luluhdan berharap semoga tidak hanya ucapan belaka
Angkot Cinta
“Udah jam 6.45 gini belum
ada satupun angkot.Huh pasti telat ni. Aduh” Gumam Dinda dengan wajah cemasnya.
Bemenit-menit Dinda telah
menunggu angkot di tepi jalan. Keringat dingin bercucuran di wajahnya. Tak lama
kemudian, sebuah angkot datang. Langsung saja diserbu olah puluhan pelajar di
tepi jalan termasuk Dinda. Sumpek, panas dan desak-desakan.
Angkot berlari kencang dan
tiba-tiba mgerem mendadak. Sontak seisi angkot berteriak dan berjatuhan. Namun,
seorang cowo yang menarik tangan dinda dan membawa ke arahnya. Dinda menatapnya
lebih dalam. Detak jantungnya semakin keras. Waktu seolah berhenti kala itu.
Keduanya saling bertatapan penuh makna. Ada cinta di hati Dinda.
Seyum tapi palsu
“Dhek, benarkah kamu Nuri?” Ucap
singgih.
“Iya, ka.” Nuri menjawab dengan
terbata-bata. Singgih adalah satu-satunya kakak kelas yang dikaguminya dan
tiba-tiba mendekatinya. Nuri terkejut setengah mati.
“ Kamu teman sebangkunya Dela kan?
Kaka nitip ini ya buat dia, jangan ngomong dari aku ya, ini kejutan buat ulang
tahunnya. pliis?” Pintanya.
Sebuah kado terbungkus kertas merah
muda. cantik
Nuri semakin terkejut . Orang yang
didambakannya mencintai teman sebnagkunya sendiri. Dia menangis dalam hati
seolah tak percaya dengan semua ini. Lidahnya tak mampu berucap, hanya anggukan
kepala pertanda dia menyetujuinya. Dia tetap terseyum walau hati menangis.
“ terimkasih,Nuri.” Singgih
tersenyum leba .
No comments:
Post a Comment